Juara Tanpa Mahkota



Pupus sudah ambisi tim nasional untuk mendapatkan gelar bergengsi piala AFF Suzuki Cup. Setelah di partai final dipecundangi Malaysia dengan agregat 4-2. Untuk yang kesekian kalinya Indonesia harus bertekuk lutut dengan Malaysia, bukan hanya dari aspek sosio politik akan tetapi juga dari aspek olahraga. Terasa berat memang setelah melalui perjuangan yang cukup panjang sampai akhirnya Indonesia harus mampu lapang hati menerima kenyataan ini semua setelah beberapa kali edisi final selalu kandas. Tahun 2000 dan 2001 di pukul Thailand, tahun 2004 di pecundangi Singapura dan tahun 2010 di tekuk negara serumpun Malaysia. Tampak jelas sekali kekalahan Indonesia ketika bermain di Stadion Bukit Jalil Kuala Lumpur. Ketika Indonesia mampu menahan Malaysia di 45 menit babak pertama walaupun di ancam dengan terror sinar laser dan petasan, namun semangat juang yang tinggi akhirnya runtuh ketika kesalahan kecil yang dilakukan oleh pemain belakang, Maman membiarkan Safee Sali dengan leluasa menguasai bola hingga akhirnya Indonesia harus tertunduk. Gol pertama itulah yang menyebabkan runtuhnya mental bertanding garuda muda hingga akhirnya gol kedua dan gol ketiga lahir dalam tempo yang cukup singkat. Pertahanan Indonesia mampu di koyak oleh terkaman Harimau Malaya. Runtuhnya mental bertanding pemain inilah yang benar-benar menjadi permasalahan sendiri ketika pada pertemuan kedua bermain di Stadion Gelora Bung Karno.


Para pengamat sudah dapat memprediksi bahwa Indonesia akan menang namun belum tentu juara. Hal senada juga di ungkapkan oleh Pelatih Alfred Riedl bahwa peluang Indonesia juara hanya 10 persen. Dengan selisih waktu hanya tiga hari dari pertandingan pertama yang menjadi pekerjaan rumah bagi Riedl adalah masalah mental yang sudah runtuh. Sebenarnya, agak sulit memang mengejar deficit 3 gol sekaligus. Namun ini adalah sepak bola sulit untuk ditebak. Kunci permainan Indonesia terletak pada 15 menit pertama di Gelora Bung Karno. Jika 15 menit pertama mampu membuat gol, kemungkinan besar Indonesia bisa menahan sampai babak perpanjangan waktu atau bahkan babak penalty. Asa itu sepat ada, namun Firman Utina yang dipercaya sebagai penendang penalty tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, arah bola bisa mudah dibaca oleh kiper. Setelah itu praktis gempuran demi gempuran yang dilakukan oleh garuda muda mentah di bawah mistar gawang Malaysia. Hingga akhirnya Maman, untuk yang kedua kalinya kehilangan bola dan peluang itu mampu dimanfaatkan oleh Safee Sali untuk memperdaya Markus Harison. Dua gol Indonesia hasil sumbangan dari Nasuha dan Ridwan seolah-olah tidak ada gunanya. Walaupun Indonesia memenangkan pertandingan, Indonesia buka juaranya.


Banyak pihak yang menyalahkan besarnya Intervensi luar terhadap tim nasional sehingga konsentrasi terpecah. Ada beberapa agenda kegiatan yang tidak penting dilakukan. Pemain harus di wawancarai oleh media, harus melayani foto dan tanda tangan dari penggemar, jamuan-jamuan yang tidak penting hingga istighosah yang melibatkan seluruh pemain tim nasional. Intervensi yang sangat besar dan kesannya tidak menjadi soal oleh Nurdin Khalid sehingga pelatih Alfred Riedl pun hanya pasrah mengikuti kemauan Nurdin. Sepak bola di intervensi terlalu besar hingga ke ranah politik. Seharusnya, begitu Indonesia masuk semifinal pemain harus tertutup dari ekspos media yang berlebihan agar tenaga dan konsentrasi serta mental lebih di fokuskan pada pertandinga. Ini pelajaran berharga buat semua. Di bawah kendali Nurdin Khalid, Indonesia belum menjadi juara. Sudahlah, tidak usah mencari siapa kambing hitam kegagalan Indonesia pada piala AFF kali ini. Bukan petasan yang disalahkan dan bukan pula sinar laser yang disalahkan, yang seharusnya disalahkan adalah diri kita sendiri tidak mampu menahan emosi dan berfikir lebih arif dan bijak dalam melihat permasalahan.

Terlepas dari itu semua, kontribusi tim nasional untuk perdamaian, solidaritas dan kekompakan bangsa Indonesia patut di puji. Football for unite benar-benar terwujud disana. Jika kesan selama ini sepak bola Indonesia penuh dengan anarkisme, melalui tim nasional ini semuanya melebur menjadi satu dari sabang sampai merauke. Indonesia menjadi bangsa yang bersatu. Patut kita apresiasi pencapaian tim nasional sejauh. Terima Kasih Indonesia, Terima Kasih Garuda Muda.

Euforia yang Berlebihan


Prestasi tim nasional Indonesia memang patut untuk diberi apresiasi. Mengingat sejarah panjang sepak bola di Indonesia penuh dengan dinamika yang pasang surut. Sejarah mencatat bahwa Indonesia pernah merasakan panggung Piala Dunia tahun 1930 yang lalu di Uruguay ketika masih bernama Hindia Belanda. Namun sejak saat itu, nama besar Indonesia tenggelam hingga medio tahun 1987 ketika menjadi jawara ASEAN untuk pertama kalinya. Naik surut prestasi itu kemudian sampai pada puncaknya ketika berturut-turut masuk final Piala AFF tahun 2000, 2002, dan 2004. Namun, ketika gelar juara selangkah lagi di genggaman tangan pupus ditekuk Thailand dan Singapura. Euforia itu kemudian membumbung tinggi ketika pencapaian Indonesia di tahun 2010 menembus hingga babak final dengan menekuk Malaysia, Laos bahkan raksasa ASEAN Thailand pada babak penyisihan dan di semifinal memukul Filipina.

Dengan naturalisasi sebagai kunci keberhasilan Indonesia pada piala AFF kali ini, ditangan Cristian Gonzales dan Irfan Bachdim sebagai pemain kunci dalam tim. Seolah belum cukup dengan itu semua, bahkan PSSI sendiri memiliki rencana untuk melakukan naturalisasi Kim Kurniawan, Victor Igbonefo dan Ronald Fagundez. Menag tidak dapat dipungkiri kemampuan diatas rata-rata pemain naturalisasi menjadi kunci keberhasilan. Namun itu bukan merupakan segalanya, yang terpenting adalah kolektivitas yang membangun semangat kebersamaan dalam tim.

Jika melihat fenomena saat ini, di tayangan media cetak dan media elektronik dalam kurun waktu satu bulan ini berita yang ditayangkan sangat berlebihan. Tidak ada berita yang mampu menandingi prestasi tim nasional Indonesia saat ini, bahkan keistimewaan DIY saja pupus ditiup angin lalu. Bahkan infotainment yang biasa menyiarkan gossip ikutan memberitakan seputar prestasi tim nasional yang mengalahkan segalanya. Ada semacam penutupan isu hangat dalam politik nasional karena berita ini, masalah RUU Keistimewaan DIY, masalah IPO Kratakau Steel. Inilah yang kemudian disebut euphoria yang berlebihan. Coba bayangkan, euphoria ini mencapai titik puncak. Jika menjadi juara Piala AFF, mimpi tersebut terwujud namun jika ternyata menjadi pencundang, kalah di babak final oleh Malaysia apa yang akan terjadi? Siapkah rakyat Indonesia menerima kekalahan tersebut dengan jiwa besar? Apalagi secara politik, naik turun ketegangan hubungan Indonesia Malaysia menjadi bumbu sedap tersendiri bagi kedua pihak.

Terlepas dari pencapaian tim nasional saat ini banyak yang masih harus dibenahi hingga tuntas, masalah tiket yang semrawut, sampai masalah kesiapan Indonesia menggelar event-event skala Internasional tidak harus terpatok pada ajang piala AFF saja. Tapi kesiapan Indonesia jika suatu saat nanti masuk dalam putaran final Piala Dunia sekalipun. Pekerjaan rumah yang cukup besar agar dikemudian hari kegiatan seperti ini bisa berjalan dengan baik dan lancar. Semoga..

Piala Dunia dan Konsep Perdamaian Bangsa


Artikel ini sudah lama ditulis, namun karena sempat hilang filenya sehingga terlambat di upload. Mari kita diskusikan bersama..

Oleh : dr. Sani Rachman Soleman

Konflik yang melanda dunia yang terjadi sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu semakin memperlebar kesenjangan sosial masyarakat, baik konflik yang sifatnya horizontal maupun yang vertikal. Konflik yang masih hangat dalam ingatan kita dan terjadi sejak puluhan tahun yang lalu adalah konflik Israel Palestina. Konflik kepentingan yang dibungkus oleh konflik ideologi keagamaan telah membuat ratusan, ribuan atau bahkan jutaan rakyat Palestina mati syahid. Konflik lain yang masih hangat dalam ingatan kita adalah konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan di semenanjung Korea. Korea Utara dengan paham komunismenya semakin liar memproduksi uranium untuk pengembangan senjata nuklir, siap menodongkan moncong Tae Po Dong di tanah Korea Selatan. Konflik ini diprediksikan juga sukar sekali untuk menemukan titik ideologis untuk dipersatukan. Konflik di Afrika Selatan antara ras kulit hitam dan ras kulit putih yang riak-riaknya masih berkembang sampai saat ini, walaupun Nelson Mandela sudah menghapuskan politik Apartheid dari negerinya. Disamping konflik tersebut masih banyak sekali konflik di dunia yang melibatkan rezim-rezim berkuasa anti kemapanan untuk melawan hegemoni Amerika Serikat seperti yang terjadi pada negara-negara Amerika Selatan.

Badan Dunia PBB bahkan sudah melakukan berbagai macam strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Di mulai dari cara diplomasi sampai perundingan damai dan bahkan instruksi PBB jelas, penghentian gencatan senjata. Namun semua instruksi tersebut tidak dipernah direspon dengan baik dan jika direspon semuanya sudah terlambat karena sudah ratusan atau bahkan ribuan rakyat tidak berdosa menjadi korban. Kecaman demi kecaman yang dilontarkan oleh negara-negara dibelahan bumi lainnya seolah-olah tidak ada gunanya. Peran dari organisasi-organisasi di dunia untuk ikut urun rembug menyelesaikan permasalahan ini seolah-olah hanya lip services belaka untuk menenangkan sesaat gejolak yang terjadi. Sebagai contoh, peran dari Liga Arab dalam proses perdamaian di Timur Tengah, apakah negara-negara Arab juga ikut tutup mata memanfaatkan konflik tersebut agar harga minyak dunia menjadi fluktuatif yang dimanfaatkan oleh segelintir orang berdasi untuk mengeruk keuntungan. Jelas dipertanyakan peran dari Liga Arab yang notabene secara teologi sama, mereka adalah negara-negara Islam seharusnya memiliki solidaritas yang kokoh antar ummat. Coba dicermati peran negara-negara OKI termasuk didalamnya Indonesia, sejauh mana kontribusi Indonesia yang mayoritas pemeluk agamanya adalah Islam untuk berperan serta untuk menjaga ketertiban dunia dan berperan serta menciptakan perdamaian abadi serta keadilan sosial sesuai dengan amanat UUD 1945. Semua wacana dan konsep perdamaian yang digodog dalam meja perundingan hanya bualan semata tanpa ada konsep implemetasi yang jelas. Badan Dunia PBB, Liga Arab dan OKI sendiri harus mampu merumuskan suatu konsep perdamaian yang melibatkan organisasi dunia lain karena disanalah akan ditemukan suatu titik perdamaian yang sudah ditunggu-tunggu. Sebuah titik perdamaian yang masuk melalui olahraga yang digemari oleh seluruh dunia, sepakbola.
Badan Dunia PBB sudah harus berfikir ulang untuk melibatkan FIFA dalam proses perdamaian, bukan hanya berkutat pada organisasi yang concern tentang proses perdamaian saja. Terbukti proses perdamaian yang dibungkus melalui sepak bola cukup efektif dalam menjaga kondusifitas daerah konflik. Sepak bola dharapkan dapat menjadi pemersatu disparitas yang sempat membelah kepentingan individu dan kelompok menjadi dua kubu yang saling bertentangan. Sepak bola terbukti mampu menyatukan ideologi yang sempat terkoyak oleh kepentingan individu atau kelompok tertentu. Sepertinya titik ini merupakan sebuah celah perdamaian yang harus dijembatani agar proses perdamaian bukan hanya sebagai retorika belaka. Jika flashback pengalaman Piala Asia beberapa waktu yang lalu di negara-negara ASEAN, siapa yang dapat memprediksi bahwa Iraq akan keluar menjadi jawara Piala Asia. Ditengah-tengah konflik ideology yang berkembang subur di negara tersebut disamping itu dengan persiapan tim Iraq yang tidak matang karena nightmare yang menghantui pemain Iraq. Tentunya semua pihak lebih menjagokan Korea Selatan ataupun Arab Saudi sebagai pemegang tampuk juara. Disamping lebih siap, stabilitas keamanan negara tersebut lebih terjamin. Namun semuanya terbalik dan berimbas positif terhadap kondusifitas dalam negeri Iraq saat itu yang benar-benar hancur lebur pasca kirisis. Ketika para punggawa Iraq pulang ke negeri seribu satu malam tersebut disambut bak pahlawan. Betul mereka adalah pahlawan, pahlawan untuk pemersatu konflik kepetingan Sunni-Syiah yang tumbuh subur di Iraq. Semua rakyat tumpah ruah bersuka cita, tidak pandang buluh apakah mereka muslim atau nasrani, apakah mereka suni atau syiah, yang jelas semuanya saling bergandengan tangan dan saling berpelukan. Semuanya melebur menjadi satu dalam euphoria sesaat.
Sungguh sayang, euphoria perdamaian ini tidak berlangsung lama karena setelah semua rakyat Iraq klimaks dengan kemenangan, semuanya akan kembai sepert sedia kala. Suni dan syiah kembali mengambil jarak, muslim dengan nasrani kembali membuat gap, terror demi terror mengancam stabilitas keamanan, bom dijadikan barang halal untuk melegalkan terror. Semuanya kembali sedia kala. Permasalahan ini tidak dicermati secara komprehensif bahwa ternyata sepak bola mampu meredam gejolak yang memanas. Badan Dunia PBB seolah-olah tidak mau ambil pusing dengan euphoria sesaat yang ternyata sangat efektif untuk menciptakan perdamaian. Liga Arab pun seolah-olah ingin cuci tangan acuh melihat permasalahan ini. Idealnya memang harus ada jembatan untuk menjaga euphoria damai tersebut agar tidak hilang ketika trofi itu sudah tidak dalam genggaman. Perlu duduk bersama untuk merumuskan suatu postulat yang mampu menjaga stabilitas perdamaian dunia. Sudah saatnya PBB merangkul FIFA untuk duduk bersama. Inilah saatnya, momentum Piala Dunia yang mempertemukan seluruh bangsa-bangsa di dunia hadir memberikan sajian damai.
Momentum Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan adalah titik kulminasi untuk bicara satu kata, damai. Dimana dalam momentum ini, mempertemukan seluruh bangsa-bangsa di dunia yang ambil bagian untuk mensukseskan hajatan dunia ini. Negara-negara konflik pun ikut serta dalam turnamen tersebut, Korea Utara dan Korea Selatan mewakili Asia. Negara-negara Amerika Selatan dengan Amerika Serikat yang semakin menegang. Belum lagi negara-negara Afrika sendiri yang dalam negerinya juga terdapat embrio-embrio konflik. Untuk Afrika Selatan sendiri, momentum ini dapat dijadikan sebagai stabilisator damai yang masih tersisa pasca penghapusan politik Apharteid. Piala Dunia yang diamanahkan ke Afrika Selatan tahun ini dapat mempersatukan ras kulit hitam dan kulit putih dalam satu payung perdamaian. Untuk negara-negara di semenanjung Korea sendiri, untuk sesaat melupakan konflik yang sudah lama terjadi. Paling tidak untuk satu bulan kedepan rakyat Korea masih bisa merasakan hangatnya kekeluargaan dan kebersamaan mengingat mereka masih satu rumpun budaya. Sedangkan untuk negara-negara Amerika Selatan yang antikemapanan hegemoni Amerika Serikat sesaat dapat melupakan konflik yang terjadi. Semua itu dibungkus dalam satu momentum Piala Dunia. Sudah saatnya dunia ini hidup dalam damai, jauh dari konflik kepetingan, jauh dari konflik horizontal maupun vertikal. Semua elemen dunia bukan hanya PBB, akan tetapi negara-negara dunia harus ikut menciptakan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Salah satu kunci yang harus dibuka untuk dapat mewujudkan impian bersama adalah Piala Dunia. Kran-kran perdamaian melalui negara-negara peserta diharapkan mampu menahan arus perpecahan ideologi. Sudah saatnya sepak bola melalui Piala Dunia dijadikan simbol pemersatu, bukan tidak mungkin hal tersebut dapat terjadi. Perlu komitmen dan konsistensi untuk dapat merealisasikannya. Kedepan harus ada satu kesepakatn damai melalui sepakbola sebagai olahraga dunia untuk perdamaian, sehingga muncullah sebuah diktum yang mengatakan Football for Unity.

Monarkhi dan Demokrasi


Perpolikan nassional saat ini sedang hangat membicarakan tentang status DIY yang menuai banyak kontroversi. Rancangan Undang-Undang Keistimewaan DIY (RUUK DIY) yang memicu perseteruan antara Jogja dan Jakarta. Pernyataan SBY yang menyatakan bahwa tidak ada monarkhi dalam Negara demokrasi menuai konflik di jogja yang terkenal kondusif.

Diantara 4 daerah otonom di Indonesia, termasuk Aceh, Papua, Jakarta dan Jogjakarta, hanya Jogjakarta yang regulasinya belum diatur komprehensif. Oleh karena itu sekitar tahun 2006, pemerintah daerah DIY mengajukan RUUK DIY. Namun pembahasan RUU itu kemudian terkatung-katung tanpa ada kejalasan status. Hingga akhirnya, SBY mengeluarkan pernyataan yang menimbulkan perdebatan di Indonesia.

Ada beberapa hal yang patut dijadikan acuan tentang status DIY. DIY sebagai salah satu provinsi tertua di Indonesia melalui dekrit Sultan Hamnegkubuwono IX pada tahun 1950 menyatakan diri bergabung dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Jogja secara historis rela menawarkan diri menjadi ibu kota Negara saat Negara dalam keadaan genting memainkan peran penting dalam proses kemerdekaan. Adalah Hamengkubuwono IX yang rela pasang badan untuk Indonesia.

Jika melihat dari aspek sejarah, sudah sepantasnya DIY mendapatkan hak atas keistimewaannya karena peran sentral dalam kemerdekaan. Monarkhi yang dimaksud bukan dari aspek pemerintahan, karena hal itu jelas-jelas bertentangan dengan demokrasi di Indonesia. Monarkhi yang dimaksud dalah monarkhi dalam aspek sosio cultural. Sama dengan daerah kerajaan lain di Indonesia, monakhi terbentuk dari aspek sosio cultural. Hanya di DIY saja yang menjadi masalah, karena Gubernur merangkap sebagai Raja Jawa. Mungkin jika Gubernur bukan merangkap sebagai raja jawa permasalahannya tidak serumit ini.

Yang menjadi masalah selanjutnya adalah terkait masa jabatan Gubernur jika nantinya di setujui RUUK ini. Sampai kapan Sultan akan menjabat menjadi Gubernur? Jika nantinya dalam perjalanannya, diangkat Sultan yang masih belum cukup umur untuk memimpin DIY apakah akan tetap diangkat menjadi Gubernur?

Masalah RUUK DIY memang masih menimbulkan debat yang mendalam oleh para pakar. Bola panas ada di tangan pemerintah (Menteri Dalam Negeri) untuk memutuskan. Fraksi democrat di DPR setuju pemilihan gubernur melalui pemilihan langsung sedangkan fraksi lain setuju realisasi RUUK DIY. Sultan sendiri menawarkan opsi referendum untuk memutuskan keistimewaan DIY.

Apapun hasilnya nanti, yang terpenting dari semua itu adalah NKRI harga mati. Jangan hanya masalah ini kemudian memantik api untuk memecah belah kesatuan dan integritas bangsa. Diperlukan kearifan dan kebijaksanaan para pemegang jabatan untuk lebih bisa menerima keputusan dengan cerdas.

Duet “BB” dalam system Peradilan Indonesia


Terpilihnya Busyro Muqoddas dan Basrief Arief sebagai pioneer penegakkan hukum di Indonesia menjadikan dua korps penegakan keadilan Indonesia menjadi buah bibir sentral. Pada saat hari yang bersamaan, Busyro yang sedang dipilih DPR melalui mekanisme voting dan penunjukan Basrief sebagai Jakgung oleh Presiden. Tentunya, banyak pihak menaruh sejuta harapan kepada mereka. Khususnya dalam pemberantasan korupsi, penegakkan keadilan dan menjunjung tinggi supremasi hukum.
Kasus demi kasus sudah menunggu dihadapan mereka, mulai dari kasus gayus, pemilihan DGS Bank Indonesia, kasus century dan sebagainya. Kasus demi kasus yang harus dipecahkan memang termasuk kasus kakap yang banyak kepentingan bermain disana. Ada invisible hand yang mengatur scenario agar berjalan dengan mulus.

Busyro Muqoddas yang merupakan ketua KY demisioner, masuk mendaftar menjadi ketua KPK pada hari terakhir penutupan bakal calon. Ketika diskusi dengan beliau beberapa bulan yang lalu sempat beliau menjelaskan untuk menjadi balon ketua KPK dorongan dari teman-teman sejawat, kolega dan keluarga. Sehigga setelah melalui istokharah yan mendalam keputusan itupun akhirnya dibuat. Setelah melalui beberapa tahapan pemilihan akhirnya lolos dua kandidat ketua yaitu Bambang Widjojanto da Busyro Muqoddas. Sebenarnya diantara kedua figure tersebut memiliki kredibilitas dan integritas yang kuat dan mengakar untuk menguatkan fungsi kelembagaan KY.

Basrief Arief adalah mantan petinggi di Korps Adhyaksa. Jabatan tertinggi diembannya sebagai wakil jaksa angung sebelum akhirnya pension. Pada dasarnya Basrief bukan orang baru di korps adhyaksa. Sehingga keputusan pengangkatan Basrief dari kalangan internal menurut kalangan internal sudah tepat. Namun untuk kalangan eksternal, proses ini menyebabkan tertundanya reformasi internal kejaksaan agung.

Duet BB inilah tampuk penegakan supremasi hukum berada, semoga amanah yang dilaksanakan dapat menjadi pahala tersendiri buat keduanya. Teringat kata-kata pak Mahfud, dua hal yang saya hindari ketika menjadi pejabat yaitu Korupsi dan Selingkuh. Pak Busyro sendiri pernah berkata yang beliau kutip dalam hadist, “Ya Allah masukanlah hamba dalam keadaan baik-baik dan keluarkanlah hamba dalam keadaan baik-baik dan keluarkan hamba dalam keadaan baik-baik.

Finally Back Home

Hey..
What's your name...
Do you live around here..
Don't I know your face..
You say i've been stranger for too long..
I did'nt notice i was gone..
And i wanna come back home..
Kutipan lirik lagu Westlife diatas dalam album Back Home menjadi tema sentral dalam postingan kali ini.. secara, dah lama ga pulang kampung..
setelah melanglang buana merangungi lembah melewati gunung, moment pulang ini memiliki arti sendiri, secara soulmate SMA nikah "Giri & Dian" jadi harus di buru-buru waktu padahal tugas dijoja masing menggunung.. :P
lama ga pulang karena tugas, so pasti.. koass gitu loo.. kumpulan orang-orang salah.. tahun 2008 waktu mau pulang ga bisa, wisuda sedangkan tahun berikutnya mau pulang koass.. lebaran di Sragen.. tahun ini juga begitu udah niat pulang mau kumpul bareng teman-teman ternyata ortu dan keluarga besar lebaran dijogja semua.. la pulangnya kapaaaaaan...
moment pulang kali ini selain untuk menghadiri acara nikah teman tentunya ada aspek politis menghadapi persiapan tesis, minta doa dari teman-teman semua semoga diber kelancaran, mau coba buka link ke Chevron buat masukin proposal tesis, jika Allah memberi jalan Insya Allah ada peluang, banyak hikmah yang dapat diambil..
Tapi Insya Allah ga lama kok di Kaltim, karena mau settle praktek sm banyak baca tentang biostatistik..

Ya Allah, berilah hamba kemudahan dan kelancaran..
Masukanlah hamba dalam keadaan baik-baik dan keluarkan hamba dalam keadaan baik-baik..
Amien..

Bangkitnya Kembali Perang Ideologi, Kapitalis vs Komunis


Akhir-akhir ini kita disuguhkan dengan berita yang cukup menyulut emosi dunia Internasional. Dua negara beda ideology saling serang di Semenanjung Korea. Korea Utara versus Korea Selatan. Ya, Korea Utara yang ideology negara kental dengan Komunisme dan Korea Selatan yang di back up oleh Kapitalis Amerika Serikat. Korea Utara dibawah dictator komunis, Kim Young Il sengaja membuat panas dunia Internasional dengan beberapa kali melakukan uji coba rudal Tae Podong dan pembuatan pusat pengayaan uranium untuk memproduksi senjata pembunuh masal, Nuklir. Kim Young Il tidak sendiri, afiliasi antara China dan Vietnam Utara dan malu-malu kucing Rusia sepertinya semakin membuat percaya diri Korea Utara berkacak pinggang menantang dunia. Korea Utara yang saat ini masih benar-benar menegakkan panji Komunisme Absolut tidak seperti negara komunis lain yang lebih lunak terhadap dunia luar. Negeri Tirai Bambu sesungguhnya adalah Korea Utara karena tidak mudah diakses dan tidak mudah ditembus karena siap berdiri kokoh menantang dunia.

Langkah penetrasi yang dilakukan oleh Korea Utara membuat seteru abadinya Korea Selatan geram, melalui Presiden Lee Myung Bak menginstruksikan darurat militer di Korea Selatan. Bahkan menteri Pertahanan Korea Selatan ,mengundurkan diri dari jabatan strategis tersebut karena dianggap tidak mampu menjaga kondusifitas. Sikap kstaria yang patut dipuji oleh pemimpin di Indonesia. Wacana ini kemudian hari ditanggapi oleh Amerika Serikat dengan mengirimkan kapal perang dan pesawat tempur untuk membantu Korea Selatan. Korea Selatan pun tidak sendiri, masih ada Inggris dan beberapa negara Uni Eropa yang siap membantu.
Masih ingat dalam ingatan kita pertengahan tahun 2009 ketika kapal perang Korea Selatan di rudal sehingga tenggelam di dasar laut Semenanjung Korea. Konflik demi konflik inilah yang puncaknya adalah serangan terhadap ribuan rakyat sipil Korea Selatan. Akumulasi konflik ini, bukan tidak mungkin akan menyebabkan Perang Korea jilid dua yang membuat stabilitas ekonomi dan politik terganggu. Bahkan bukan tidak mungkin, hal ini akan menyulut Perang Dunia Ke Tiga yang embrio-embrionya sudah muncul di permukaan.

Masih ingat dalam ingatan kita ketika Indonesia yang dahulu di zaman Bung Karno sebagai Presiden dekat menjalin hubungan dengan Uni Soviet yang notabene pemimpin Komunis Internasional. Kedekatan Bung Karno dengan Nikita Kruschev yang ketika itu perdana menteri Uni Soviet pengganti Josep Stalin. Bahkan, kemerdekaan Indonesia diawali dengan letupan pemikiran Sosialis Komunis yang di komando oleh Tan Malak, Muso, Alimin dan kawan-kawan. Riak-riak pemberontakan dengan dasar Ideologi Sosialis tersebut yang akhirnya memaksa Belanda untuk menyerahkan kedaulatan Republik Indonesia Serikat ke tangan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Isu yang berhembus ke permukaan tentang adanya peran dari tangan-tangan komunis dalam membantu kemerdekaan Indonesia jika ditilik dari aspek sejarah memang cukup dijadikan alasan. Rentetan peristiwa pemberontakan PKI sampai runtuhnya PKI di tangan Soeharto merupakan bukti otentik yang masih diperdebatkan.

Tumbangnya Orde Lama dan diganti dengan Orde Baru pun atas kongsi dengan Kapitalis yang ketika itu maish di cengkram oleh Amerika Serikat bahkan sampai saat ini. Fakta sejarah membuktikan bahwa peran Kapitalis dalam membantu menjungkalkan rezim Orde Lama tertulis dalam bingkai sejarah perjalanan bangsa. Sejak tumbangnya Soekarno, terlihat jelas matinya ideology Komunis sampai ke akar-akarnya hingga saat ini. Dunia mungkin sadar bahwa untuk menggulingkan Orde Lama memerlukan empat tangan dan empat kaki untuk mencabut hegemoni kekuasaan. Sehingga Amerika dengan operasi canderstain mengoyak inetgritas kebangsaan. Namun semua itu dewasa ini sudah di kembalikan ke postulat yang sesugguhnya yaitu tentang Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

Namun ironisnya, penjajahan dengan selubung neokolonialisme dan neoimperialsme masih merajalela. Seakan tidak mampu untuk melawannya. Indonesia sekali lagi hanya diam. Tanpa kata dan tanpa bahasa. Penjajahan jilid ke dua terasa amat sulit untuk dihindari karena moral anak bangsa sudah tertutup oleh pragmatism kekuasan, harta dan kedudukan. Benar apa yang dikatakan oleh Bunga Karno, “Perjuangan ku terasa mudah karena mengusir penjajah namun perjuanganmu akan terasa susah karena mengusir bangsa sendiri”.

Semoga perang Ideologi ini hanya kamuflase agar dapat diredupkan kembali. Karena bagaimanapun juga rakyat yang akan menjadi korban utama. Rakyat yang menderita mati sengsara. Sudah cukup derita ini dialami oleh nenek moyang kami. Biarkanlah kami yang akan menanggung bahagia perjuangan meraka dalam mendamaikan dunia.

Aku dan Mbah Sarimah, Refleksi Pengalaman Relawan Merapi


Pengalaman yang paling menyentuh selama menjai relawan saat tanggap darurat merapi adalah ketika bertemu langsung dengan salah seorang pengungsi. Namanya mbah Sarimah. Seorang pengungsi asal kabupaten Magelang yang jarak rumahnya sekitar 5 Km dari puncak Merapi. Mbah Sarimah hidup sebatang kara di Magelang, suaminya sudah meninggal dan tidak memiliki anak. Ia hidup hanya dengan saudara-saudaranya. Mbah sarimah tidak pernah menyangka apa yang akan terjadi pada dirinya kelak ketika merapi sudah kembali sedia kala. Rumahnya hancur, binatang ternak entah keberadaannya dan ia kehilangan sepasang cincin pemberian si mbok. Ia sekarang sudah tidak memiliki apa-apa.

Mbah sarimah yang hidup sendiri dirumah yang kecil menceritakan kepada saya tentang kisah pilu yang menerpa dirinya ketika wedhus gembel menerjang desanya.

Ketika itu, setelah menunaikan sholat Isya di mesjid. Mbah sempat pulang ke rumah membuka lemari pakaian kemudian mencari cincin (ali-ali) yang ia simpan di lemari. Ketika cincin itu ia taruh di atas tempat tidur. Tiba-tiba keributan terjadi, seluruh warga desa teriak wehus gembel.. wedhus gembel.. Ia dijemput oleh saudaranya disuruh cepat-cepat keluar rumah hingga semuanya sangat panic. Ia melupakan cincin peninggalan orang tuanya begitu saja diatas meja. Hingga ia sadar ketika diatas truck yang membawanya bahwa cincin itu tertinggal diatas tempat tidur. Ia tidak sempat membawa apa-apa, yang ia bawa hanya sepasang baju dan jarit yang melekat ditubunnya dan satu lagi, ia hanya membawa sebuah tasbih, mukena dan sajadah lusuh yang biasa ia pakai untuk sholat (Subhanallah)

Mbah sarimah menceritakan pengalaman getir itu kepada saya dan kawan-kawan sambil menangis meneteskan air mata. Mbah menangis tersedu karena dia sekarang sudah tidak memiliki apa-apa. Seekor sapi yang biasa ia pelihara hilang entah kemana. Ia hanya menggantungkan hidupnya pada kuasa Yang Maha Kuasa. Ia bingung setelah semuanya selesai ia akan tinggal dimana. Rumahnya yang kecil sudah hancur tertimbun abu vulkanik. Ia mendapatkan informasi dr kepala dusun setempat. Pak kadus berkata bahwa desanya sudah tertutup abu vulkanik seluruhnya.

Mbah sarimah hanya pasrah kepada Allah, ia sekarang hanya mengikuti arus yang membawanya pergi entah kemana. Ia tidak tahu setelah ini akan tinggal dimana. Ia menceritakan pengalaman ini sambil tersedu-sedu (dengan menggunakan bahasa jawa). Sejak hujan abu vulkanik tersebut, kondisi kesehatan mbah sarimah semakin sering sakit-sakitan. Batuk yang semakin parah membuat tenggorokan sakit untuk memakan nasi sementara kondisi perut terasa lapar. Jadinya serba salah. Mau makan tenggorokan sakit, sementara perut terasa perih lapar.

Mbah Sarimah satu diantara sekian banyak pengungsi yang nasibnya masih tidak jelas. Tergantung-gantung tanpa kepastian. Dibalik itu semua, coba teman-teman bayangkan. Kami sat itu menemuinya disebuah mushola kecil ketika akan melaksanakan sholat duhur. Yang membuat hati ini terasa tidak berguna di depan Allah semangatnya tidak pernah padam memakmurkan mesjid ketika musibah menimpa, semangatnya untuk sujud selalu ia lakukan dari dulu sebelum bencana sampai sekarang. Buktinya, ketika semua orang panic, lupa dan kalut hingga lari tunggang langgang. Yang ia bawa hanya sebuah MUKENA, sebuah, SAJADAH dan TASBIH, itulah HARTA tersisa yang Allah beri agar Ia selalu ingat bahwa Allah selalu bersamanya. Yakinlah, bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hambanya.

Sampai berjumpa mbah sarimah, semoga ketabahan dan kesebaran mbah di dengar dan dikabulkan oleh Allah SWT. Sang Pemilik Semesta.

Ngluwar, Kab. Magelang, 21 November 2010 pukul 13.05 WIB

Salam hangat Relawan Merapi

dr. SRS

Jogjaku penuh dengan Abu..


Jogjaku Penuh Dengan Abu..
Sudah hampir satu bulan lamanya Jogja dan sekitar penuh dengan abu vulkanik hasil letusan merapi beberapa hari yang lalu. Debu yang hitam pekat menyesakkan nafas setiap pengguna sepeda motor dan pejalan kaki. Beberapa pengalaman yang bisa di share sejauh ini seperti ini.. Yuk mariiiiiiiii…

Gembar-gembor isu merapi akan meletus dahsyat sudah muncul pertengahan oktober. Apalagi ketika semakin hari level status merapi sudah semakin meningkat dalam 1 minggu, mulai dr siaga, waspada sampai akhirnya ditetapkan AWAS!. Akhirnya waktu yang ditunggu pun menjadi kenyataan. Merapi meletus tepat jam 3 dini hari, bangun pagi mau jogging seperti biasa liat halaman rumah yang penuh dengan debu vulkanik setebal 2-3 cm. Semua jalanan penuh dengan debu, terasa sesak memang, akhirnya ku batalkan acara jogging di Mandala. Setelah semalam diguyur hujan abu sore harinya hujan, Alhamdulillah debu yg tebal akhirnya dapat sedikit demi sedikit dikikis walaupun keesokan harinya masih ada sisa. Hari demi hari dilalui menjadi relawan, jarak aman marapi hanya 15 km dr puncak masih sempat jalan ke daerah turgo dan cangkringan. Tapi mendadak seminggu yg lalu awan panas merapi semakin menjadi sehingga jarak aman di pindah menjadi 20 km.

Masih sempat jalan ke kampus padahal kampus UII termasuk daerah batas 20 km sehingga harus dipindah. Karena di GOR penuh pengungsi dan tenaga dokter hanya 1 dr 1000 pengungsi secepat kilat langsung naik ke atas GOR. Masya Allah, debu tebal menempel di baju dan celana. Jaket dan celana warna hitam lagnsung berubah menjadi coklat. Sampai di GOR liat pengungsi semakin eneg, gimana ga, banyaknya bukan main udah gitu bau sedap didalam GOR.
Setelah selesai mengobati pasien keesokan harinya menmgikuti tour Posko Merapi UII dan Alumni HMI, bagi-bagi tugas dimana kosong isi disana. Sampai akhirnya, mencoba lahan baru di daerah Muntilan tepatnya di Dusun Gunung Pring. Sampai ga ingat lagi dusun itu, bentuknya udah ga karuan. Semua pohon tumbang, lahan pertania rusak parah, ikan-ikan banyak yang mati di kolam dan abu sangat tebal menutupi jalan. Muntilan lebih parah dibanding Jogja.

Relawan merapi kali ini lebih banyak sekali NGO datang ke jogja mulai dari Eka Tjipta Foundation, Sampoerna Foundation dsb, sehingga sense of lobbying harus dipertajam.. hehe..

Dibalik itu semua, bencana merapi kali ini meninggalkan duka yg mendalam. Meninggalnya juru kunci gunung merapi mbah maridjan membuat sedih seluruh jogja. Beliau wafat dalam posisi sujud di rumah beliau. Bukan Cuma itu salah seorang reporter TV juga meninggal. Termasuk relawan PMI Jogja, mas tutur. Selamat jalan pejuang.. doa kami beserta kalian.. Amien

Resensi Buku : Isabella, Muslimah Penggenggam Surga

Sebuah buku yang menginspirasikan tentang perjalanan seorang wanita Kristen yang kuat menjunjug agamanya, namun kemudian hari kegalauan hati dan pikirannya memberikan pencerahan menjadi seorang muslim yang shalihah. Isabella adalah seorang anak kepala pendeta yang sangat ekstrim sekali dalam memahami keyakinan sebagai seorang Kristen. Cerita ini dimulai beberapa abad yang lalu di daerah Cordoba (Spanyol). Isabella didik dan dibesarkan dalam lingkungan Kristen, bahkan setelah dewasa dia disuruh oleh Ayahnya untuk mempelajari teologi Kristen sehingga dapat mewarisi keilmuan Ayahnya.

Suatu ketika, setelah pulang dari gereja, Isabella mendengar ceita duan orang muslim tentang substansi keimanan Kristen, penghapusan dosa. Kristus disalib karena mewarisi dosa Adam yang dibuang ke bumi sehingga dengan disalibnya Kristus dapat menghapuskan dosa-dosa umat manusia. Substansi ini yang menggoyahkan keimanan seorang Isabelle sehingga menyebabkan kegalauan dalam diri, dia tanyakan permasalahan ini kepada kedua orang tuanya dan guru spiritualnya namun jawaban yang diberikan tidak pernah memuaskan Isabella, sehingga suatu saat Isabella menantang pemuda tersebut untuk berdebat tentang teologi Islam versus Kristen.

Perdebatan itu kemudian dimenangkan oleh kelompok Islam yang ketika itu dipimpin oleh Umar Lahmi. Pendeta Kristen tidak dapat menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan oleh Umar Lahmi sehingga harus dilakukan pertemuan kedua dan bahkan pertemuan ketiga. Pendeta Kristen, merasa terpojoj dengan segala pertanyaan yang dilontarkan oleh Umar Lahmi sehingga mereka akhirnya kesal dengan sikap Umar Lahmi, alhasil Isabella semakin goyah dengan keimanannya dan suatu ketika mendatangi komunitas Muslim Corboda dan berbicara penjang lebar tentang Islam sehingga akhirnya saat itu juga Isabella memutuskan untuk menjadi seorang Muslim.

Kabar Isabella menjadi Muslim tidak diketahui oleh kedua orang tuanya begitu juga dengan gurunya, Michael. Sampai beberapa waktu lamanya rahasia itu dipendam hingg akhirnya dia harus mengakui keimanan Islamnya dihadapan kedua orang tuanya dan begitu juga dengan gurunya. Mereka marah sejadi-jadinya, bagaimana bisa seorang teolog Kristen dan dididik sejak kecil dengan keimanan Kristen berbalik menjadi Muslim. Akibatnya, Isabella dihukum oleh pedeta-pendeta disuatu tempat yang sangat hina. Dalam sebuah penjara bawah tanah. Sedikitpun Isabella tidak pernah bergeming dengan keimanan Ketauhidannya walaupun dipaksa dan bahkan diancam dibunuh karena dia murtad. Adalah sahabat-sahabat baiknya yang menolongnya untuk terlepas dari belenggu penjara yang hina tersebut.

Akhirnya, Isabella tinggal dan hidup bahagia dengan kehidupan barunya sebagai seorang Muslim di Cordoba. Komunitasnya yang menguatkan dan meneguhkan keimananya. Bahkan dia menjadi seorang ustadzah yang terkenal di Cordoba. Isabella sudah mengislamkan ratusan Kristiani sehingga akhirnya dia menjadi seorang panutan bagi muslimah di Cordoba ketika itu.

Hidayah Allah itu ada.

Dari cerita tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Allah akan memberikan hidayah kepada hamba Nya kapan saja dimana saja. Isabella yang notabene seorang teolog Kristen mampu menjadi seorang Muslim karena Allah memberikan pencerahan kepadanya. Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin membuktikan konsistensinya bahwa Islam agama damai. Islam bukan agama penindasan dan agama berlumuran darah seperti yang tertera dalam cerita tersebut. Asumsi yang dibangun oleh Kristen bahwa Islam agama yang berlumuran darah mampu ditepis dengan baik dalam buku tersebut. Sebaliknya, substansi Trinitas dan penghapusan dosa digugat oleh Muslim namun mereka tidak dapat menjawabnya. Buku ini sangat bagus untuk pencerahan kita dikala galau dan gelisah. Semoga dengan membaca buku ini dapat menginspirasikan Muslim untuk dapat meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan dihadapan Allah SWT. Amien.. Selamat membaca.

Suamiku kekasih terbaikku...


Suamiku,kekasih yang selalu setia bersamaku. . . . .

Kekasih yang senantiasa mendampingiku dalam setiap waktu dan situasi. . . .

Kekasih yang senantiasa membimbingku. . . . Ya dialah suamiku,kekasih terbaikku. . . . .

Tak pernah sedikitpun ia berniat meninggalkan aku dan mencari wanita lain saat aku tak bisa memberikan keturunan padanya. Tepatnya 6 tahun yang lalu,saat aku tengah mengandung dengan usia kandungan yang menginjak 7 bulan. Aku mengalami keguguran dan pendarahan yang hebat sehingga dengan terpaksa dokter memutuskan mengangkat rahimku demi keselamatan nyawaku. Saat itulah aku merasa aku bukanlah wanita yang sempurna karena aku tak bisa memberikan keturunan pada suamiku. . . . Bukanlah waktu yang singkat bagi kami untuk menjalani hari-hari sepi tanpa hadirnya seorang buah cinta yang selalu dinanti oleh pasangan suami istri pada umumnya. Kehampaan kadang menghampiri tapi suamiku seakan tahu isi hatiku.Ia sering mengajakku mengunjungi panti asuhan.Dimana banyak anak-anak kecil yang bisa menghilangkan kerinduanku pada sosok seorang anak.

Malam itu aku mencoba menyampaikan apa yang ada dalam hatiku padanya. "yah,tidakkah ayah mencari ibu bagi anak-anak ayah. . .?",tanyaku. Sejenak ia terdiam,lalu menatapku dengan senyum yang menghias wajahnya. . . . "bunda,cukup bagi ayah menjadikan bunda pasangan hidup ayah baik didunia maupun diakherat kelak,insya'Allah.Ayahpun tak ingin melukai hatimu bunda",jawabnya dengan penuh kasih. "tapi ayah,sungguh bunda ikhlas jika ayah mencari seseorang wanita yang bisa memberikan keturunan pada ayah"jawabku lirih. "bunda,ayah bersyukur Allah telah mengaruniakan ayah istri sholehah seperti bunda. Seorang istri yang senantiasa membangunkan ayah disepertiga malam terakhir, seorang istri yang selalu mencuci kaki ayah, seorang istri yang patuh,dan menerima ayah apa adanya, seorang istri yang senantiasa memperlihatkan senyumnya pada ayah. . . Itu semua sudah cukup bagi ayah. ." subhanallah,tanpa kusadari butiran bening itu mengalir mendengar apa yang diucapkan olehnya. . . . "bunda,ayahpun tak ingin mengingkari janji yang pernah ayah ikhrarkan saat hari kita dihalal dulu,pun belum tentu ada wanita sepertimu dizaman sekarang ini,dan ayah adalah lelaki yang beruntung bisa memiliki istri sepertimu. . . Tidak ada pemberian yang lebih baik kepada seseorang setelah pemberian iman kecuali wanita yang sholehah"

Ku tatap lekat wajahnya,ketulusan dan kasih sayang yang begitu tampak diwajahnya, akupun memeluknya dengan tangisku yang tak tertahankan. . . . "ayah,terima kasih atas segala yang telah ayah berikan pada bunda",ucapku diiringi isak tangis. "itu sudah menjadi kewajibanku bunda, aku akan setia mendampingimu, menjadi perisai bagimu, menjadi penentram bagi jiwamu. . . ."

Subhanallah ,betapa Maha Besarnya Engkau telah megaruniakan aku pasangan yang membuat hidupku menjadi sempurna. . . . Nikmat mana lagi yang harus aku dustakan? Mungkin Engkau tidak menitipkan malaikat kecil-MU padaku,tapi sungguh aku bersyukur Engkau telah menitipkan seseorang kekasih yang begitu mencintaiku,seseorang yang memberiku kesempatan untuk meraih surga-Mu. . 

Ukhti, kamu cantik sekali...


Ukhti, kamu cantik sekali

Tapi hanya di mata manusia. Sedangkan yang Maha Kuasa tak pernah memandang rupa atau pun bentuk tubuh kita. Namun Ia melihat pada hati dan amal-amal yang dilakukan hamba-Nya.

Ukhti, kamu cantik sekali

Tapi cantik fisik tak akan pernah abadi. Saat ini para pesolek bisa berbangga dengan kemolekan wajah ataupun bentuk tubuhnya. Namun beberapa saat nanti, saat wajah telah keriput, rambut pun kusut dan berubah warna putih semua, tubuh tak lagi tegak, membungkuk termakan usia, tak akan ada lagi yang bisa dibanggakan. Lebih-lebih jika telah memasuki liang lahat, tentu tak akan ada manusia yang mau mendekat.

Ukhti, kamu cantik sekali

Tapi kecantikan hanyalah pemberian dan untuk apa dibangga-banggakan? Sepantasnya kecantikan disyukuri dengan cara yang benar. Mensyukuri kecantikan bukanlah dengan cara memamerkan, memajang gambar atau mengikuti bermacam ajang lomba guna membandingkan rupa, sedangkan hakekatnya wajah itu bukan miliknya. Tidakkah engkau jengah bila banyak mata lelaki ajnabi yang memandangi berhari-hari? Tidakkah engkau malu ketika wajahmu dinikmati tanpa permisi karena engkau sendiri yang memajang tanpa sungkan. Ataukah rasa malu itu telah punah, musnah? Betapa sayangnya jika demikian sedangkan ia sebagian dari keimanan.

Ukhti, kamu cantik sekali

Tapi apa manfaat pujian dan kekaguman seseorang? Adakah ia akan menambah pahala dari-Nya? Adakah derajatmu akan meninggi di sisi Ilahi setelah dipuji? Tak ada yang menjamin wahai ukhti. Mungkin malah sebaliknya, wajah cantik itu menjadikanmu tak punya harga di hadapan-Nya, karena kamu tak mampu memelihara sesuai dengan ketentuan-Nya.

Ukhti, kamu cantik sekali

Kecantikan itu harta berharga, bukan barang murah yang bisa dinikmati dengan mudah. Dimana nilainya jika setiap mata begitu leluasa memandang cantiknya rupa. Dimana harganya jika kecantikan telah diumbar, dipajang dengan ringan tanpa sungkan. Dimana kehormatan sebagai hamba tuhan jika setiap orang, baik ia seorang kafir, musyrik atau munafik begitu mudah menikmati wajah para muslimah?

Ukhti, kamu cantik sekali

Alangkah indah jika kecantikan fisik itu dipadu dengan kecantikan hatimu. Apalah arti cantik rupawan bila tak memiliki keimanan. Apalah guna tubuh molek memikat bila tak ada rasa malu yang lekat. Cantikkan dirimu dengan cahaya-Nya. Cahaya yang bersinar dari hati benderang penuh keimanan. Hati yang taat senantiasa patuh pada syariat. Hati yang taqwa, yang selalu menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Hati yang sederhana, yang tak berlebihan dalam segala urusan dunia.

Ukhti, kamu cantik sekali

Maka tampillah cantik di hadapan penciptamu karena itu lebih berarti dari pada menampilkan kecantikan pada manusia yang bukan muhrimmu Tampillah cantik di hadapan suamimu, karena itu adalah bagian dari jihadmu. Mengabdi pada manusia yang kamu kasihi demi keridhoan Ilahi. Tampillah cantik, cantik iman, cantik batin, cantik hati, karena itu lebih abadi.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad-jasad kalian dan tidak juga kepada rupa-rupa kalian akan tetapi Allah melihat kepada hati-hati kalian (dan amalan-amalan kalian)” (HR. Muslim)

Retinopati Diabetik


II.1 Anatomi dan Fisiologi Retina
Retina merupakan membran tipis yang terdiri atas saraf sensorik penglihatan dan serat saraf. Merupakan jaringan saraf mata yang di bagian luarnya berhubungan erat dengan koroid. Koroid memberi metabolisme pada retina luar atau sel kerucut dan sel batang. Sel kerucut dan sel batang mempunyai fungsi diantaranya :
Sel kerucut gunanya untuk photopic vision yaitu melihat warna, cahaya dengan intensitas tinggi dan penglihatan sentral (ketajaman penglihatan).
Sel batang gunanya untuk scotoptic vision yaitu untuk melihat cahaya dengan intensitas rendah tidak dapat melihat warna, untuk penglihatan perifer dan orientasi ruangan.
Bagian koroid yang memegang peranan penting dalam metabolisme retina adalah membran Bruch dan Sel epitel pigmen. Retina bagian dalam mendapat metabolisme dari A. retina sentral.

Retina terdiri dari macam-macam jaringan, jaringan saraf dan jaringan pengokoh yang terdiri dari serat-serat mueller, membrana limitans interna dan eksterna sel-sel glia.
Retina terdiri atas 3 lapis utama yang membuat sinap saraf sensibel retina, yaitu sel kerucut dan sel batang, sel bipolar dan sel ganglion. Terdapat 10 lapisan yang dapat dibedakan secara histologi yaitu dari dalam keluar terdiri dari :
1. Membrana limitans interna
2. Lapisan serabut-serabut saraf (axon dari sel-sel ganglion)
3. Lapisan sel-sel ganglion
4. Lapisan plexiform dalam
5. Lapisan nuklear dalam (nukleus dari sel bipoler)
6. Lapisan plexiform luar
7. Lapisan nuklear luar (nukleus dari batang dan kerucut)
8. Membrana limitans eksterna
9. Lapisan batang dan kerucut (alat-alat untuk melihat penerima cahaya).
10. Lapisan epitel pigmen

Pada bagian post retina tidak terdiri atas 10 lapisan, hal ini untuk mmeudahkan sinar dari luar mencapai sel kerucut dan sel batang. Bagian ini disebut makula lutea yang pada pemeriksaan funduskopi koroid terlihat lebih jelas karena tipis dan adanya refleks fovea karena sinar dipantulkan kembali. Fovea sentralis merupakan bagian retina yang sangat sensitif dan yang akan menghasilkan ketajaman penglihatan maksimal atau 6/6. Bila terjadi kerusakan pada fovea sentral ini, maka ketajaman penglihatan sangat menurun karena pasien akan melihat dengan bagian perifer makula lutea.

Jalur penglihatan
Serat saraf sel ganglion adalah meneruskan seratnya menjadi saraf optik dan keluar melalui lamina kribrosa sklera. Setelah keluar dari bola mata, saraf optik dibungkus oleh selaput otak. Serabut yang berasal dari bagian perifer retina akan terletak di bagian perifer. Saraf optik serabut yang terletak dekat dengan papil saraf optik akan terletak di bagian sentral saraf optik. Serat papilomakula perlahan-lahan meletakan diri di bagian sentral saraf optik. Di daerah kiasma optik saraf berasal dari bagian temporal retina adalah terletak tetap pada bagian temporal kiasma sedang serat dari bagian nasal retina adalah bersilang pada kiasma optik sehingga terletak disisi lain dari pada jalur penglihatan. Serat ini akan masuk kedalam ganglion genikulatum lateral, melalui radiasi optik serabut ini akan mencapai korteks penglihatan.

II.2 Definisi
Retinopati diabetika adalah proses degenerasi akibat hipoksia di retina karena penyakit diabetes mellitus. Diagnosis retinopati diabetika ditegakkan secara klinis jika dengan pemeriksaan angiografi flurosensi fundus sudah didapatkan mikroaneurisma atau perdarahan pada retina di satu mata, baik dengan atau tanpa eksudat lunak ataupun keras, abnormalitas mikrovaskular intra retina atau hal-hal lain yang telah diketahui sebagai penyebab perubahan-perubahan tersebut (Michaelson, 1980).

II.3 Etiologi
Retinopati diabetika terjadi karena diabetes mellitus yang tak terkontrol dan diderita lama. Pada makula terjadi hipoksia yang menyebabkan timbulnya angiopati dan degenerasi retina. Angiopati dapat menyebabkan mikroaneurisma dan eksudat lunak. Sedangkan mikroaneurisma dapat menimbulkan perdarahan.

Faktor-faktor yang mendorong terjadinya retinopati adalah :
1. Terjadi karena adanya perubahan dinding arteri.
2. Adanya komposisi darah abnormal.
3. Meningkatnya agregasi platelet dari plasma menyebabkan terbentuknya mikrothrombi.
4. Gangguan endothelium kapiler menyebabkan terjadinya kebocoran kapiler, selanjutnya terjadi insudasi dinding kapiler dan penebalan membran dasar dan diikuti dengan eksudasi dinding haemorhagic dengan udem perikapiler.
5. Perdarahan kapiler dapat terjadi di retina dalam sybhyaloid dimana letaknya di depan jaringan retina. Hemoraghi tidak terjadi intravitreal tetapi terdapat dalam ruang vitreoretinal yang tersisa karena vitreus mengalami retraksi.
6. Aliran darah yang kurang lancar dalam kapiler-kapiler, sehingga terjadi hipoksia relatif di retina yang merangsang pertumbuhan pembuluh-pembuluh darah yang baru.
7. Perubahan arteriosklerotik dan insufisiensi koroidal.
8. Hipertensi yang kadang-kadang mengiringi diabetes.

II.4 Patofisiologi
Retinopati diabetika merupakan mikroangiopati, sebagai akibat dari gangguan metabolik, yaitu defisiensi insulin dan hiperglikemi. Peningkatan gula darah sampai ketinggia tertentu, mengakibatkan keracunan sel-sel tubuh, terutama darah dan dinding pembuluh darah, yang disebut glikotoksisitas. Peristiwa ini merupakan penggabungan ireversibel dari molekul glukose dengan protein badan, yang disebut glikosilase dari protein.

Dalam keadaan normal glikosilase ini hanya sekitar 4-9%, sedang pada penderita diabetes mencapai 20%. Glikosilase ini dapat mengenai isi dan dinding pembuluh darah, yang secara keseluruhan dapat menyebabkan meningkatnya viskositas darah, gangguan aliran darah, yang dimulai pada aliran didaerah sirkulasi kecil, kemudian disusul dengan gangguan pada daerah sirkulasi besar dan menyebabkan hipoksi jaringan yang diurusnya. Kelainan-kelainan ini didapatkan juga di dalam pembuluh-pembuluh darah retina yang dapat diamati dengan melakukan :

1. “Fundus fluorescein angiography”.
2. Pemotretan dengan memakai film berwarna.
3. Oftalmoskop langsung dan tak langsung.
4. Biomikroskop (slitlamp) dengan lensa kontak dari Goldman.
Mula-mula didapatkan kelainan pada kapiler vena, yang dindingnya menebal dan mempunyai afinitas yang besar terhadap fluoresein. Keadaan ini menetap untuk waktu yang lama tanpa mengganggu penglihatan. Dengan melemahnya dinding kapiler, maka akan menonjol membentuk mikroaneurisma. Mula-mula keadaan ini terlihat pada daerah kapiler vena sekitar makula, yang tampak sebagai titik-titik merah pada oftalmoskopi. Adanya 1-2 mikroaneurisma sudah cukup mendiagnosa adanya retinopati diabetika.

II.5 Klasifikasi
Menurut perjalanannya, retinopati diabetika dibagi menjadi retinopati diabetika type background (non proliferatif) dan retinopati diabetika type proliferatif. (Greenspen & Baxter, 1994 – Daniel W. Foster, 2000)
1. Retinopati diabetika non proliferatif
Retinopati diabetika non proliferatif merupakan stadium awal dari keterlibatan retina akibat diabetes mellitus yang ditandai dengan adanya microaneurisma, hemoragi dan eksudat dalam retina. Dalam stadium ini terjadi kebocoran protein, lipid atau sel-sel darah merah dari pembuluh-pembuluh kapiler retina ke retina. Bila proses ini sampai terjadi di makula yaitu bagian yang memiliki konsentrasi tinggi sel-sel penglihatan maka akan menimbulkan gangguan pada ketajaman penglihatan.

Retinopati diabetika non proliferatif terdiri atas :
a. Retinopati diabetika background
Retinopati diabetika dasar merupakan refleksi klinis hiperpermeabilitas serta inkompetasi dinding-dinding pembuluh darah. Pada kapiler terbentuk tonjolan kecil bulat-bulat dinamakan pembuluh darah. Pada kapiler terbentuk tonjolan kecil bulat dinamakan mikroaneurisma, sedang vena retina mengalami pelebaran. Pada retina terjadi perdarahan dengan bentuk nyala api (flame hemorages) dan bentuk bercak (blot hemorrhages) (Vaughan & Ashbury, 1995).
Kapiler yang bocor mengakibatkan sembab retina terutama di makula, sehingga retina menebal dan terlihat berawan. Walaupun cairan serosa terserap, masih ada presipitat lipid kekuningan dalam bentuk eksudat keras (hard eksudat). Jika fovea menjadi sembab atau iskhemis atau terdapat eksudat keras maka tajam penglihatan sentral akan menurun sampai derajat tertentu. Pada tahap ini umumnya tidak progresif (Vaughan & Ashbury, 1995).

b. Retinopati diabetika preproliferatif
Dengan bertambahnya progresifitas sumbatan mikro vaskular maka gejala iskemia melebihi gambaran retinopati diabetika dasar. Perubahannya yang khas adalah adanya sejumlah bercak mirip kapas (multiple cotton wool spots) atau yang sering disebut sebagai eksudat lunak atau soft eksudate yang merupakan mikro infark lapisan serabut saraf.
Gejala yang lain adalah kelainan vena seperti ikalan (loops) segmentasi vena (boxcar phenomenon) dan kelainan mikrovaskular intraretina, yaitu pelebaran alur kapiler yang tidak teratur dan hubungan pendek antara pembuluh darah (shunt) intra retina. Pada angiografi fluoresin dengan jelas terlihat adanya bagian yang iskhemis, non perfusi kapiler dan defek pengisian kapiler (Vaughan & Ashbury, 1995).
Perkembangan retinopati diabetika non proliferatif adalah sebagai berikut :
b.1. Kelainan mula-mula adalah rusaknya barier (sawar) darah retina (sel endotel kapiler retina dan sel epitel pigmen). Kebocoran ini akibat kenaikan kadar gula darah. Secara histologis terjadi penebalan membrana basalis kapiler dan hilangnya perisit (dalam keadaan normal satu endotel ada satu perisit).
b.2. Terjadinya microaneurisma, dimulai sebagai dilatasi kapiler pada daerah yang kehilangan perisit dengandinding tipis, mula-mula pada sisi vena kemudian juga pada sisi arteri.
b.3. Selanjutnya endotel mengalami proliferasi sehingga terjadi akumulasi material pada membrana basalis sekitar microaneurisma.
b.4. Meskipun membrana basalis tebal, tetapi karena permeabel terhadap air dan molekul besar, maka terjadi timbunan air lipid pada retina. Apabila kerusakan barier ringan akan terjadi timbunan cairan pada retina terutama makula (bintik kuning) dengan demikian terjadi penurunan visus dan kelainan persepsi warna.
b.5. Terjadi pula dilatasi vena, yang kadang-kadang ireguler.
b.6. Apabila dinding kapiler lemah, maka akan dan menyebabkan perdarahan intra retina. Perdarahan bisa berbentuk apabila letaknya dalam, atau berbentuk seperti nyala (frame shaped) apabila letaknya superfisial atau perdarahan subhyaloid apabila terletak antara retina dan badan kaca.
b.7. Selain terjadi perubahan retina vaskular seperti yang disebutkan di atas juga terjadi abnormalitas koriokapilaris yang berupa penebalan membrana basalis.

Gejala klinik
- Makula udema
- Mikroaneurisma
- Penimbunan air dan lipid
- Hemorhage intra retinal
- Daerah hipoksia atau iskemia
- Eksudat lunak

2. Retinopati diabetika proliferatif
Iskemia retina yang progresif merangsang pembentukan pembuluh darah baru yang rapuh sehingga dapat mengakibatkan kebocoran serum dan protein dalam jumlah yang banyak. Biasanya terdapat di permukaan papil optik di tepi posterior daerah non perfusi. Pada iris juga bisa terjadi neovascularisasi disebut rubeosis.
Pembuluh darah baru berproliferasi di permukaan posterior badan kaca (corpus vitreum) dan terangkat bila badan kaca bergoyang sehingga terlepas dan mengakibatkan hilangnya daya penglihatan mendadak.

Retinopati diabetika proliferatif terbagi dalam 3 stadium :
Stadium 1 : Aktif : Disebut stadium “florid”, basah, kongestif dekompensata lesi intra retina menonjol, perdarahan retina, eksudat lunak, neovaskularisasi progresif cepat, proliferasi fibrosa belum ada atau minimal, dapat terjadi perdarahan vitreus, permukaan belakang vitreus masih melekat pada retina bisa progresif atau menjadi type stabil.
Stadium 2 : Stabil : Disebut stadium kering atau “quiescent”, lesi intra retina minimal neovaskularisasi dengan atau tanpa proliferasi fibrosa, bisa progresif lambat atau regresi lambat.
Stadium 3 : Regresi : Disebut juga stadium burned out, lesi intra retina berupa perdarahan, eksudat atau hilang, neovaskularisasi regresi, yang menonjol adalah jaringan fibrosa (Kingham, 1982).

Gejala klinik :
- Makula udema
- Eksudat
- Viterus hemorhage (perdarahan vitreus)
- Neovasculatisasi
- Ablasi retina
- Jaringan ikat vitreo retinal
- Perdarahan di subhyaloid

II.6 Pemeriksaan Penunjang
Semua penderita diabetes mellitus yang sudah ditegakkan diagnosanya segera dikonsulkan ke dokter spesialis mata untuk diperiksa retinanya. Jika didapatkan gambaran retinopati diabetika segera lakukan pemeriksaan di bawah ini :
1. Angiografi Fluoresein
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan sirkulasi darah retina serta penyakit-penyakit yang mengenai retina dan khoroid. Pemeriksaan ini akan menunjukkan aliran darah yang khas dalam pembuluh darah saat cairan fluoresein yang disuntikkan intra vena mencapai sirkulasi darah di retina dan khoroid. Angiografi fluoresein akan merekam gambaran rinci yang halus dari fundus pada bagian yang berukuran lebih kecil dari kemampuan daya pisah (minimum separable) penglihatan mata masih dapat diperiksa dengan pembesaran rekaman angiografi fluoresein (Michaelson, 1980).

Gambaran retinopati diabetika dengan angiografi fluoresein :
a. Retinopati Background, bentuk juvenil
Disini ditemukan proliferasi dan hipertrofi venula retina disertai pembentukan rete mirabile, pelebaran cabang-cabang vena berbentuk kantong dan aneurisma kapiler. Terdapat area iskhemik terbatas (Hollwich, 1993).
b. Retinopati Background, bentuk senil
Perdarahan superfisial bentuk nyala api dan perdarahan dalam bentuk bintik-bintik. Endapan lemak pada polus posterior, kadang tersusun dalam bentuk rangkaian bunga (retinopati circinata), biasanya pembuluh darah retina beraneka ragam dan dindingnya terlihat menebal (sklerosis).
Pada retinopati background terlihat mikroaneurisma, perdarahan bentuk bintik-bintik dan bercak, eksudat keras berwarna kuning yang terdiri atas protein dan lipid yang terdapat di lapisan pleksiform luar yang dikemudian hari juga terjadi makulopati. Jika pasien mengidap hipertensi kardiovaskular, bercak yang mirip kapas timbulnya akan lebih awal (Hollwich, 1993).
c. Retinopati proliferatif
Pada stadium ini terdapat pembentukan pembuluh darah baru yang mengakibatkan neovaskularisasi yang tumbuh menonjol di depan retina terutama pada permukaan belakang badan kaca yang mengalami ablasi (Hollwich, 1993).

2. Elektroretinografi
Pada pemeriksaan ini dilakukan perekaman kegiatan listrik retina yang sangat berguna untuk memperoleh gambaran yang tepat mengenai fungsi retina yang masih tersisia.

II.7 Pengobatan
Therapi retinopati diabetik adalah fotokoagulasi. Therapi ini menurunkan insidensi perdarahan dan pembentukan parut dan selalu merupakan indikasi jika terjadi pembentukan pembuluh darah baru. Juga berguna dalam therapi mikroaneurisma, perdarahan dan edem makuler bahkan jika tahap proliferatif belum mulai. Fotokoagulasi panretina sering digunakan untuk mengurangi kebutuhan oksigen retina dengan harapan stimulasi untuk neovaskularisasi akan berkurang. Dengan tehnik ini beberapa ribu lesi terjadi selama 2 minggu. Komplikasi fotokoagulasi masih dapat diterima. Sebagian kehilangan penglihatan perifer tidak dapat dihindari dengan pembakaran luas. Tehnik pembedahan lainnya, vitrektomi, pars plana, digunakan untuk terapi perdarahan vitreus dan pelepasan retina yang tidak teratasi. Komplikasi pasca operasi lebih sering dibandingkan pada fotokoagulasi dan termasuk robekan retina, pelepasan retina, katarak, perdarahan vitreus berulang, glaukoma, infeksi, dan kehilangan mata. Ada harapan bahawa inhibisi angiogenesis oleh obat seperti beta-siklodekstrin tetradekasulfat yang menyerupai heparin analog dalam percobaan dapat mencegah retinopati proliferatif. Semua pasien dengan retinopati diabetik harus dipantau oleh ahli mata (Daniel W. Foster, 2000)

DAFTAR PUSTAKA

1. Djokomoeljanto R., Soetardjo, Harmadji, Darmojo R.B., Tajima N., Ikeda Y., Abe M., 1976. A Community Sutdy of Diabetes Mellitus in an Urban Population in Semarang, Indonesia, Socio Medical Conditions of Early Onset Diabetes as Observed in a Diabetes Clinic in Tokyo. P. 45-50, p. 62-68. Dalam S., Baba Y., Goto I., Fukui, Diabetes Mellitus in Asia. Excerpta Medica. Amsterdam.

2. David E. Schteingart. 1995. Metabolisme Glukosa dan Diabetes Mellitus dalam Patofisiologi. EGC, Hal. 1118-1119.

3. Daniel W. Foster. 2000. Diabetes Mellitus dalam Harrison Ilmu-ilmu Penyakit Dalam. Volume 5, EGC. Hal. 2212.

4. Greenspen F.S. and Baxter, J.D. 1994. Basic and Clinical Endocrinology. 4th ed. Connection: a Lange Medical Book. P 575-625.

5. Hollwich F. 1993. Ophtalmology. Edisi 2. Binarupa Aksara. Jakarta. Hal. 233.

6. Kingham J.D. 1982. Diabetic Retinopathy: Recognition and Management dalam Management of Diabetes Mellitus. PSG Inc. London. P 209-244.

7. Michaelson I.C. 1980. Textbook of the Fundus of the Eye. Churchil Livingstone. New York. P 244-283.

8. Prof. dr. Sidarta Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. FKUI. 1998.

9. Vaughan D. and Ashbury T. 1995. Retinal Vascular Disease dalam General Ophtalmology. 24 ed. A Lange Medical Book. New York, p 199-203.

Ablasio Retina


II.1. Anatomi dan Fisiologi Retina
Retina merupakan membran yang tipis, halus dan tidak berwarna, tembus pandang, yang terlihat merah pada fundus adalah warna dari koroid. Retina ini terdiri dari bermacam-macam jaringan, jaringan saraf dan jaringan pengokoh yang terdiri dari serat-serat Mueler, membrana limitans interna dan eksterna, sel-sel glia. (1)
Membrana limitans interna letaknya berdekatan dengan membrana hyaloidea dari badan kaca. Pada kehidupan embrio dari optik vesicle terbentuk optic cup, dimana lapisan luar membentuk lapisan epitel pigmen dan lapisan dalam membentuk lapisan retina lainnya. Bila terjadi robekan di retina, maka cairan badan kaca akan melalui robekan ini, masuk ke dalam celah potensial dan melepaskan lapisan batang dan kerucut dari lapisan epitel pigmen, maka terjadilah ablasi retina. (1)

Retina terbagi atas 3 lapis utama yang membuat sinap saraf sretina, yaitu sel kerucut dan batang, sel bipolar, dan sel ganglion.
Terdapat 10 lapisan yang dapat dibedakan secara histologik, yaitu dari luar ke dalam :
1. lapis pigmen epitel yang merupakan bagian koroid
2. lapis sel kerucut dan batang yang merupakan sel fotosensitif
3. membran limitan luar
4. lapis nukleus luar merupakan nukleus sel kerucut dan batang
5. lapis pleksiform luar, persatuan akson dan dendrit
6. lapis nukleus dalam merupakan susunan nukleus luar bipolar
7. lapis pleksiform dalam, persatuan dendrit dan akson
8. lapis sel ganglion
9. lapis serat saraf, yang meneruskan dan menjadi saraf optik
10. membran limitan interna yang berbatasan dengan badan kaca. (5)

Pada orang tua dan pada penderita miopia tinggi, diora serta sering didapatkan degenerasi kistoid, yang bisa pecah dapat menimbulkan ablasi retina. Epitel pigmen dari retina kemudian meneruskan diri menjadi epitel pigmen yang menutupi badan siliar dan iris. Dimana aksis mata memotong retina, terletal di makula lutea. Besarnya makula lutea 1-2 mm. Daerah ini daya penglihatannya paling tajam, terutama di fovea sentralis.

Struktur Makula lutea :
1. Tidak ada serat saraf.
2. Sel-sel ganglion sangat banyak di pinggir-pinggir, tetapi di makula sendiri tidak ada.
3. Lebih banyak kerucut daripada batang dan telah dimodifikasi menjadi tipis-tipis. Di fovea sentralis hanya terdapat kerucut. (1)

Pada bagian posterior retina tidak terdiri dari 10 lapisan. Hal ini untuk memudahkan sinar dari luar mencapai sel kerucut dan batang. Bagian ini disebut makula lutera yang pada pemeriksaan funduskopi koroid terlihat lebih jelas karena tipis adanya refleks fovea karena sinar dipantulkan kembali. Fovea sentral merupakan bagian retina yang sangat sensitif dan yang akan menghasilkan ketajaman penglihatan maksimal atau 6/6. Jika terjadi kerusakan pada fovea sentral ini, maka ketajaman penglihatan sangat menurun karena pasien akan melihat dengan bagian perifer makula lutera. (5)

II.2. Definisi dan Patogenesis Ablasi Retina
Menurut Ilyas ablasi retina merupakan kelainan retina dimana lapisan keerucut dan batang retina terpisah dari sel epitel pigmen retina. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina tidak tidak terdapat suatu perlekatan struktural dengan koroid atau pigmen epital, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis (2).
Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koloid atau sel pigmen epitel akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina yang mendapat makannya dari pembuluh darah koloid yang jika berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap (2).
II.3. Klasifikasi
Menurut Ghozi dikenal 3 bentuk ablasi retina berdasarkan kejadiannya : (3)
a. Ablasi retina regmatogenosa (oleh karena robekan)
b. Ablasi retina eksudatif (penimbunan cairan)
c. Ablasi retina traksi (tarikan)

a. Ablasi retina regmatogenosa
Ablasi retina regmatogenosa terjadi akibat atau didahului adanya robekan pada retina sehingga akan mempermudah masuknya cairan yang berasal dari badan kaca ke dalam celah potensial antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca air (fluid vitreous) yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapisan epitel pigmen koroid. (2)

b. Ablasi retina eksudatif
Ablasi retina eksudatif, ablasi yang terjadi akibat penimbunan cairan subretina. Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya cairan dari pembuluh darah retina dan koroid (ekstravasasi) seperti pada penyakit koroid. Kelainan ini dapat terjadi pada skeleritis, koroiditis, tumor retobulbar radang uvea, idiopati, toksemia gravidarum. Cairan dibawah retina tidak dipengaruhi oleh posisi kepala permukaan retina yang terangkat akn terlihat licin. (6)
Penglihatan dapat berkurang dari ringan sampai berat. Ablasi ini dapat hilang atau menetap bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang tau hilang.

c. Ablasi retina traksi
Ablasi retina traksi (tarikan) terjadi karena lepasnya jaringan retina akibat tarikan jaringan perut dari badan kaca sehingga lapisan batag dan kerucut terlepas tanpa robekan. Hal ini mengakibatkan penglihatan menurun tanpa rasa sakit. (7)
Pada badan kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan Diabetes Melitus proliferatif, trauma dan pendarahan badan kaca akibat bedah atau infeksi. Pengobatan ablasi akibat tarikan di dalam badan kaca dilakukan dengan melepaskan tarikan jaringan perut/ fibrosis di dalam badan kaca dengan tindakan yang disebut sebagai vitrektomi. (2)
Sedangkan menurut penyebabnya maka ablasi retina diklasifikasikan sebagai berikut: (1)
A. Ablasi primer
B. Ablasi sekunder

A. Ablasi primer
Mata sebelumnya tidak sakit pada suatu waktu timbul ablasi retina.
1. Umur tua
Proses sklerosis, menyebabkan retina menjadi degeneratif, menimbulkan robekan dan ablasi retina pada orang tua dan miopia tinggi, di ora serata sering menimbulkan degenerasi kistoid yang mudah pecah, yang juga dapat menimbulkan ablasi retina. (1)
2. Miopia tinggi
Miopia tinggi disertai degenerasi retina, menimbulkan robekan dan menyebabkan ablasi retina. (1)
3. Trauma
Ablasi terjadi pada mata yang mempunyai faktor predisposisi untuk terjadi ablasi retina. Trauma hanya merupakan faktor pencetus untuk terjadinya ablasi retina pada mata yang berbakat. Mata yang berbakat untuk terjadinya ablasi retina adalah matadengan miopia tinggi, pasca retinitis, dan retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer, 50 % ablasi yang timbul pada afakia terjadi pada tahun pertama. (7)


B. Ablasi Sekunder
Disebabkan penyakit lain :
1. Tumor koroid atau retina yang tumbuh ke depan, menyebabkan lepasnya retina dari lapisan epitel pigmen, kemudian disusul dengan timbulnya eksudasi oleh karena rangsangan, cairan ini mengumpul di dalam celah potensial, menyebabkan ablasi retina misalnya pada retinablastoma.
2. Transudat, pada hipertensi, retinopati nefritika, coat’s disease.
3. Eksudat, pada koroiditis.
4. Oleh karena retraksi dari jaringan organisasi pada retinitis proliferas akibat perdarahan di badan kaca atau peradangan dari uvea atau retina yang masuk ke dalam badan kaca, trauma perforata, dapat menimbulkan robekan dan disusul dengan ablasi retina. Disini menutup robekan tidak ada gunanya, oleh karena jaringan fibrotik itu akan menarik lagi dan menimbulkan robekan baru. (1)
Ablasi retina, biasanya dihubungkan dengan pemisahan retina yang terjadi karena adanya robekan pada retina. Robekan retina berbentuk ladam kuda sering terdapat di temporal atas. Cairan badan kaca masuk melalui robekan ini ke dalam celah potensial yang terletak dimulai dari temporal atas, lambat laun meluas kebawah oleh karena cairan selalu mencari tempat yang terendah, yang disebabkan oleh daya tarik bumi. Ablasi makin lama makin tinggi, karena cairan yang masuk makin lama makin banyak, juga makin luas dan retinanya menjadi berlipat-lipat untuk akhirnya seluruh retina terlepas, terkecuali pada ora serata dan papil saraf optik, ia masih melekat. Keadaan ini dinamakan ablasi total. (3)





II.4. Diagnosa ablasi retina
a. Pemeriksaan Subyektif
 Fotopsia
Keluhan paling awal dari ablasi retina adalah fotopsia yaitu sensasi melihat adanya kilatan-kilatan cahaya pada lapang pandangan. Fotopsia ini merupakan pertanda dini terjadinya sobekan pada retina, yang biasanya terletak dibagian perifer retina. Fotopsia ini akan lebih nyata bila mata digerakkan dan digoyangkan dengan kuat di tempat gelap. Sering ablasi retina ini dihubungkan dengan trauma. Biasanya pada tempat retina yang sobek ini akan masuk cairan intraokular kebelakang retina. Pasien dalam waktu yang singkat akan mengeluh penglihatannya menurun. Penurunan tajam penglihatan ini disebabkan makula letea terangkat atau lepas atau akibat media penglihatan menjadi keruh. Lapang pandangan akan terlihat seperti tabir.
 Karena caian ablasi bergerak mencari tempat yang rendah, maka penderita merasakan seolah-olah melihat suatutirai yang bergerak ke suatu arah.
 Bila terjadi di bagian temporal, dimana terletak makula lutea, maka virus sentral lenyap. Sedangkan bila terdapat di bagian nasal, visus sentral lebih lambat terganggu.
 Lambat laun tirai makin turun dan menutupi sama sekali matanya, karena terdapat ablasi retina total, sehingga persepsi cahaya menjadi nol.
Jarak waktu antara gejala awal hingga hilangnya penglihatan bervariasi dari waktu jam hingga bulan. Pada kasus afaksi akan lebih cepat. Trauma pada bola mata atau pembedahan intraikuler dapat mengakibatkan ablasi retina. Mungkin ablasi retina baru akan terjadi beberapa hari tetapi juga sampai beberapa tahun kemudian gangguan lapang pandang dapat berubah-ubah hingga ablasi hingga ablasi retina yang di atas akan mengakibatkan gangguan lapang pandang di bagian bawah, menjadi kurang terasa. Gangguan lapang pandangdi pinggir akan meluas sedikit demi sedikit kan mencapai makula dan penderita mendadak sadar bahwa penglihatannya menurun secara tajam. Jika ablasi berlanjut maka hilanglah penglihatannya. (3)
Peristiwa tersebut berlangsung tanpa keluhan rasa sakit. Hal ini karena retina tidak mempunyai serabut saraf rasa sakit sehingga penyakit-penyakit retina tidak menimbulkan nyeri. Disamping itu tidak menyebabkan mata merah. (7)

b. Pemeriksaan Obyektif
Pemeriksaan oftalmoskopik dimaksudkan untuk menilai keadaan media refraksi dan menentukan luas daerah ablasi. Juga untuk menentukan jenis ablasinya, apakah ablasi retina serosa atau ablasi retina akibat robekan (regmatogenus atau tarikan). Pada ablasi retina regmatogenus harus dicari robekan retina. Sebab ini sangat penting pada pengobatan penbedahannya.
Pada pemeriksaan funduskopi retina terlihat lebuh pucat akibat terangkatnya retina dengan pembuluh darah diatasnya berkelok-kelok sesuai dengan gelombang retina yang terangkat. Pada retina akan tampak robekan yang berwarna merah, reflek merah dari koroid (6).
Permukaan retina pada ablasi retina regmatogenus terlihat tidak licin, bergoyang pada saat bergerak. Mudah goyang ini karena kepekatan yang rendah dari cairan subretinanya. Pada ablasi regmatogenus cairan tetap di ruangan sub retina, walaupun elevasinya tinggi. Retina umumnya tampak melipat.
Pemeriksaan tekanan bola mata umumnya rendah dapat meninggi bila telah terjadi neovaskular glaukoma pada ablasi yang telah berlangsung lama, maka pada retina timbul gangguan metabolisme zat-zat toksis yang ditimbulkan, menyebabkan degenerasi dan antrofi dari retina. Karena batang dan kerucut mendapat makanan dari kapiler koroid, sehingga menjadi rusak sebab makanannya terputus. Biasanya retina menjadi lebih bening dan tampak garis demarkasi yang khas terbentuk karena kerusakan epitel pigmen yang membatasi retina yang ablasi dari yang normal. (4)
Munurut Waliban mata satunya juga harus diperiksa, karena sering ditemukan lubang retina atau perlekatan vitreoretina yang bisa menyebabkan terjadinya robekan.
Predisposisi untuk terjadinya ablasi retina adalah mata yang berbakat terjadi ablasi retina yaitu mata dengan :
1. Miopia tinggi
2. Pasca retinitis
3. Retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer.

II.5. Diagnosis Banding
Diagnosis banding yang harus dipertimbangkan adalah: (4)
1. Retinoskisis
2. Ablasi koroid
3. Melanoma koroid yang ganas
Retinoskisis adalah kelainan retina dengan gambaran terjadi pemisahan lapisan-lapisan retina. Bila pada ablasi retina pemisahan terjadi antara epitel pigmen retina dengan lapisan sensori retina, maka retinoskisis pemisahan lapisan retina dapat terjadi di lapisan sensori mana saja, misalnya di lapisan pleksiform luar atau dalam lapisan syaraf optik. Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan permukaan dinding dalam retina yang berbentuk kubah tidak berubah pada saat bola mata bergerak dan juga tidak ada perubahan bentuk serta lokasi karena gaya gravitasi karena dinding dalam amat tipis dan transparan, maka pembuluh darah yang terdapat padanya akan membentuk bayangan/proyeksi dari EPR, sehingga mengurangi kebeningannya (tidak transparan). Akibat proyeksi pembuluh darah di lapisan tidak kelihatan dan posisi serta bentuknya sangat dipengaruhi oleh gravitasi.
Koroid yang mengalami ablasi tidak dibatasi oleh ora serata, tetapi meluasnya ablasi koroid tersebut terhambat di tempat masuknya pembuluh darah vorteks ke dalam sklera. Epitel pigmen masih tetap terlihat, tetapi struktur koroid tidak tampak.
Pada melanoma koroid ganas, dengan perubahan posisi penderita, cairan subretina akan bergerak. Tumor ini posisinya tidak dipengaruhi baik oleh ora serata maupun oleh pembuluh-pembuluh darah vorteks. (4)
II.6. Terapi
 Pada ablasi regmatogenosa diperlukan pembedahan, karena jarang sekali terjadi pertautan kembali secara spontan.
 Tindakan pertama adalah pembedahan, karena daerah retina dan dibuat peta rinciannya yang memuat lubang-lubang retina dan daerah-daerah tarikan vitreoretina.
 Melekatkan kembali bagian retina yang lepas yaitu dengan :
- Diatermi (koagulasi)
Diaterna yaitu energi listrik berfrekuensi tinggi yang dialirkan pada sklera berubah menjadi energi panas, sehingga dapat mengkoagulasi koroid dan retina. (4)
Hal ini dapat dilaksanakan dengan atau tanpa mengeluarkan cairan subretina. Pengeluaran dilaksanakan di luar daerah reseksi dan terutama di daerah di mana ablasi paling tinggi.
- Implantasi silikon di daerah sobekan retina. Implantasi di letakan di dalam kantong sklera yang sudah direseksi, yang akan mendekatkan sklera dengan retina dan mengakibatkan pengikatan yang terlokalisir.
- Menempatkan sabuk (band) pada implantasi untuk menahan implan dan cairan subretina agar tidak mengalir ke belakang.
 Pada ablasi retina eksudatif akan sembuh bila eksudasi berhenti dan terjadi resorbsi. Pembedahan tidak menolong.
 Pengobatan ablasi retina tarikan di dalam badan kaca dilakukan dengan melepaskan tarikan jaringan parut atau fibrosis di dalam badan kaca dilakukan dengan melepaskan tarikan jaringan parut atau fibrosis di dalam badan kaca dengan tindakan vitrektomi.

II.7. Prognosis
1. Baik sekali, bila pertama kali operasi berhasil 50-60 %
2. Bila operasi pertama tak berhasil, diulangi lagi dua kali, prognosis 15 %
3. Operasi yang berulang kali atau ablasi yang lama, prognosis buruk sekali
4. Pada miopia tinggi, karena ada proses degenerasi retina, prognosis buruk.
Menurut Waliban prognosis retina traumatik adalah buruk yang disebabkan oleh cedera makula, robekan retina yang luas, dan pembentukan membran fibroseluler intravitreal yang terjadi pada cedera tembus. Membran intravitreal seperti ini memiliki gaya kontraktil yang cukup kuat untuk terjadinya ablasi retina. Tindakan yang efektif adalah vitrektomi, tetapi penentuan waktunya masih kontroversial. Endotalmis adalah indikasi untuk vitrektomi dini. Pada kasus-kasus yang tidak mengalami infeksi, penundaan pembedahan sampai 10-14 hari bisa mengurangi risiko perdarahan intra bedah, dan memungkinkan terjadinya ablasi badan kaca posterior, yang secara teknis memudahkan pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wijana, N, 1993, Ilmu Penyakit Mata, Perpustakaan Nasional, Jakarta.

2. Ilyas, S, 1997, Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

3. Ghozi, M, 1997, Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

4. Vaughan, D dan Asbury, T, 1990, General Ophtalmology, Widya Medika, Jakarta.

5. Ilyas, S, 1998, Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

6. Glasspool, M. G, 1990, Atlas Berwarna Ophtalmology, Widya Medika, Jakarta.

7. Radjamin, R. K, dkk, 1993, Ilmu Penyakit Mata, Airlangga University Press, Surabaya.

Konjungtivitis Vernalis



A. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Konjungtiva adalah selaput lendir atau disebut lapisan mukosa. Konjungtiva melapisi permukaan sebelah dalam kelopak mulai tepi kelopak (margo palpebralis), melekat pada sisi dalam tarsus, menuju ke pangkal kelopak menjadi konjuntiva fornicis yang melekat pada jaringan longgar dan melipat balik melapisi bola mata hingga tepi kornea.

Konjungtiva dibagi menjadi 3 bagian :
1. Konjungtiva palpebra
2. Konjungtiva forniks
3. Konjungtiva bulbi

Yang ada di palpebra disebut konjuntiva palpebra, di fornix disebut konjuntiva fornicis dan yang di bola mata disebut konjuntiva bulbi. Di sudut nasal, di canthus internus ada lipatan disebut plica semilunaris. Juga disitu menuju benjolan menyerupai epidermoid yang disebut caruncula.2
Histologis lapisan konjuntiva adalah epitel konjuntiva terdiri atas epitel superficial mengandung sel goblet yang memproduksi mucin. Epitel basal, di dekat limbus dan epitel ini mengandung pigmen. Dibawah epitel terdapat stroma konjuntiva yang terdiri atas lapisan adenoid yang mengandung jaringan limfoid dan lapisan fibrosa yang mengandung jaringan ikat. Yang padat adalah tarsus dan ditempat lain jaringan longgar.2

Kelenjar yang ada di konjuntiva terdiri kelenjar Krause (ditepi atas tarsus) yang menyerupai kelenjar air mata. Pembuluh darah yang ada di konjuntiva adalah a.siliaris anterior dan a. palpebralis. Konjuntiva mengandung sangat banyak pembuluh limfe. Inervasi syaraf di palpebra oleh percabangan n. oftalmikus cabang N.V. 2

Konjuntiva dibasahi oleh air mata yang saluran sekresinya bermuara di fornix atas. Air mata mengalir dipermukaan belakang kelopak mata dan tertahan pada bangunan lekukan di belakang kelopak mata tertahan di belakang tepi kelopak. Air mata yang mengalir ke bawah menuju fornix dan mengalir ke tepi nasal menuju punctum lakrimalis. Dengan demikian konjuntiva dan kornea selalu basah.2,3
Kedudukan konjuntiva mempunyai resiko mudah terkena mikroorganisme atau benda lain. Air mata akan melarutkan materi infektius atau mendorong debu keluar. Alat pertahanan ini menyebabkan peradangan menjadi self-limited disease. Selain air mata, alat pertahanan berupa elemen limfoid, mekanisme eksfoliasi epitel dan gerakan memompa kantong air mata. Hal ini dapat dilihat pada kehidupan mikroorganisme patogen untuk saluran genitourinaria yang dapat tumbuh di daerah hidung tetapi tidak berkembang di daerah mata.

Arteri- arteri konjungtiva berasal dari a.ciliaris anterior dan a. palpebralis yang keduanya beranastomosis. Yang berasal dari a. ciliaris anterior berjalan ke depan mengikuti m. rectus menembus sclera dekat limbus untuk mencapai bagian dalam mata dan cabang- cabang yang mengelilingi kornea.3

Konjungtiva menerima persyarafan dari percabangan pertama n. trigeminus yang berakhir sebagai ujung- ujung yang lepas terutama di bagian palpebra.3

B. KONJUNGTIVITIS
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva. Peradangan konjuntiva selain memberi keluhan yang khas pada anamnesis seperti gatal, pedih, seperti ada pasir, seperti klilipen, rasa panas juga memberi gejala yang khas di konjuntiva, ada tahi lalat. Jika meluas ke kornea timbul silau dan ada air mata nrocos (epifora). Gejala objektif paling ringan adalah hiperemi dan berair sampai berat dengan pembengkakan bahkan nekrosis. Bangunan yang sering tampak khas lainnya adalah folikel, flikten dan sebagainya.2,3


Gejala objektif dari konjuntivitis adalah:2
a. hiperemi;
Merupakan gejala yang paling umum pada konjuntivitis. Terjadi karena pelebaran pembuluh darah sebagai akibat adanya peradangan. Hiperemi mengakibatkan adanya kemerahan pada konjuntiva. Makin kuat peradangan itu makin terlihat merah konjuntiva.

b. Epifora atau mata berair, nrocos.
Biasa terjadi pada mata yang terkena benda asing dan meradang. Adanya hiperemi yang berat, terjadi transudasi pembuluh darah dan menambah cairan air mata tersebut. eksudat adalah produksi dari peradangan konjuntiva.

c. Peradangan
pada infeksi lebih banyak eksudat ketimbang peradangan alergi. Jenis eksudat akan berbeda pada infeksi dengan Neisseria Gonokokken , eksudat akan berupa nanah. Sedang infeksi koken lain akan memberi getah radang mukus.

d. Kemosis
Sembab pada konjuntiva bulbi yang meradang. Biasanya menunjukkan adanya peradangan yang berat, baik di dalam maupun diluar.

e. Follikel,
Merupakan bangunan khas sebagai benjolan kecil pada konjuntiva palpebra atau fornicis. Terdapat pada semua infeksi virus, klamidian, alergi dan konjuntivitis akibat obat-obatan, berwarna pucat atau abu-abu.

f. Granula
Merupakan bentuk ukuran besar dari follikel, terutama folikel trakoma.

g. Flikten
Bangunan khas berbentuk benjolan seperti gunung. Dilereng terlihat hiperemi dipuncak menguning pucat. Ini merupakan manifestasi alergi bakteri.

h. Membran dan pseudomembran,
Merupakan hasil proses koagulasi protein di permukaan konjuntiva. Pada pseudomembran koagulum hanya menempel di permukaan, sedang sekret membran koagulumnya menembus keseluruh tebal epitel.Pengelupasan membran akan menimbulkan perdarahan hebat, sedang pada pseudomembran tidak menimbulkan perdarahan
Berdasarkan penyebabnya, konjungtivitis dapat diklasifikasikan menjadi :4
1. Bakterial:
- Konjungtivitis Blenore
- Konjungtivitis Gonorre
- Konjungtivitis Difteri
- Konjungtivitis Folikuler
- Konjungtivitis kataral
- Blefarokonjungtivitis
2. Viral :
- Keratokonjungtivitis epidemika
- Demam Faringokonjungtivitis
- Keratokonjungtivitis New castle
- Konjungtivitis Hemoragik akut
3. Jamur
4. Alergi :
- Konjungtivitis vernal
- Konjungtivitis flikten

C. KONJUNGTIVITIS VERNALIS
1.Definisi
Merupakan suatu peradangan konjungtiva kronik, rekuren bilateral, atopi, yang mengandung secret mucous sebagai akibat reaksi hipersensitivitas tipe I. Penyakit ini juga dikenal sebagai “catarrh musim semi”.1,2,3,4,5,6

2.Klasifikasi
Ada dua tipe konjugtivitis vernalis :3,6
- Bentuk Palpebra
Pada tipe palpebral ini terutama mengenai konjungtiva tarsal superior, terdapat pertumbuhan papil yang besar atau cobble stone yang diliputi secret yang mukoid. Konjungtiva bawah hiperemi dan edema dengan kelainan kornea lebih berat disbanding bentuk limbal. Secara klinik, papil besar ini tampak sebagai tonjolan bersegi banyak dengan permukaan uang rata dan dengan kapiler di tengahnya.

- Bentuk Limbal
Hipertrofi pada limbus superior yang dapat membentuk jaringan hiperplastik gelatine. Dengan trantas dot yang merupakan degenerasi epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya panus dengan sedikit eosinofil

3.Patofisiologi1
Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya radang interstitial yang banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I. Pada konjungtiva akan dijumpai hiperemi dan vasodilatasi difus, yang dengan cepat akan diikuti dengan hiperplasi akibat proliferasi jaringan yang menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang tidak terkendali. Kondisi ini akan diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan deposit pada konjungtiva sehingga terbentuklah gambaran cobblestone.

Jaringan ikat yang berlebihan ini akan memberikan warna putih susu kebiruan sehingga konjungtiva tampak buram dan tidak berkilau. Proliferasi yang spesifik pada konjungtiva tarsal, oleh von Graefe disebut pavement like granulations. Hipertrofi papil pada konjungtiva tarsal tidak jarang mengakibatkan ptosis mekanik

Limbus konjungtiva juga memperlihatkan perubahan akibat vasodilatasi dan hipertofi yang menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat, kekeruhan pada limbus sering menimbulkan gambaran distrofi dan menimbulkan gangguan dalam kualitas maupun kuantitas stem cells.

Tahap awall konjungtivitis vernalis ini ditandai oleh fase prehipertrofi. Dalam kaitan ini, akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan pembentukan papil yang ditutup oleh satu lapis sel epitel dengan degenerasi mukoid dalam kripta di antara papil serta pseudomembran milky white. Pembentukan papil ini berhubungan dengan infiltrasi stroma oleh sel- sel PMN, eosinofil, basofil dan sel mast.
Tahap berikutnya akan dijumpai sel- sel mononuclear lerta limfosit makrofag. Sel mast dan eosinofil yang dijumpai dalam jumlah besar dan terletak superficial. Dalam hal ini hampir 80% sel mast dalam kondisi terdegranulasi. Temuan ini sangat bermakna dalam membuktikan peran sentral sel mast terhadap konjungtivitis vernalis. Keberadaan eosinofil dan basofil, khususnya dalam konjungtiva sudah cukup menandai adanya abnormalitas jaringan.

Fase vascular dan selular dini akan segera diikuti dengan deposisi kolagen, hialuronidase, peningkatan vaskularisasi yang lebih mencolok, serta reduksi sel radang secara keseluruhan. Deposisi kolagen dan substansi dasar maupun seluler mengakibatkan terbentuknya deposit stone yang terlihat secara nyata pada pemeriksaan klinis. Hiperplasi jaringan ikat meluas ke atas membentuk giant papil bertangkai dengan dasar perlekatan yang luas. Horner- Trantas dot’s yang terdapat di daerah ini sebagian besar terdiri dari eosinofil, debris selular yang terdeskuamasi, namun masih ada sel PMN dan limfosit.

4.Diagnosis
Diagnosis konjungtivitis vernalis ditegakan berdasarkan :
- Gejala klinis1,2,4,6
Keluhan utama adalah gatal yang menetap, disertai oleh gejala fotofobia, berair dan rasa mengganjal pada kedua mata. Adanya gambaran spesifik pada konjungivitis ini disebabkan oleh hiperplasi jaringan konjungtiva di daerah tarsal, daerah limbus atau keduanya. Selanjutnya gambaran yang tampak akan sesuai dengan perkembangan penyakit yang memiliki bentuk yaitu palpebral ataupun bentuk limbal.
Bentuk palpebral hamper terbatas pada konjungtiva tarsalis superior dan terdapat cobble stone. Ini banyak terjadi pada anak yang lebih besar. Cobble stone ini dapat demikian berat sehingga timbul pseudoptosis.

Bentuk limbal disertai hipertrofi limbus yang dapat disertai bintik- bintik yang sedikit menonjol keputihan dikenal sebagai Horner- Trantas dot’s. Ini banyak terjadi pada anak- anak yang lebih kecil. Penebalan konjungtiva palpebra superior akan menghasilkan pseudomembran yang pekat dan lengket, yang mungkin bias dilepaskan tanpa timbul perdarahan.

Eksudat konjungtiva sangat spesifik, berwarna putih susu kental, lengket, elastic dan fibrinous. Peningkatan sekresi mucus yang kental dan adanya peningkatan jumlah asam hyaluronat, mengakibatkan eksudat menjadi lengket. Hal ini memberikan keluhan adanya sensasi seperti ada tali atau cacing pada matanya.
- Pemeriksaan Laboratorium1
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa kerokan konjungtiva untk mempelajari gambaran sitologi. Hasil pemeriksaan menunjukkan banyak eosinofil dan granula- granula bebas eosinofilik. Di samping itu, terdapat basofil dan granula basofilik bebas.

5.Diagnosis Banding1
Diagnosis banding pada umumnya tidak sulit, kecuali yang dihadapi penderita dewasa muda, karena mungkin suatu konjungtivitis atopik. Kelainan mata pada konjungtivitis atopik berupa kelopak mata yang tebal, likenisasi, konjungtiva hiperemi dan kemosis disertai papil- papil di konjungtiva tarsalis inferior. Kadang- kadang papil ini bias besar mirip cobble stone dan dapat dijumpai pada konjungtiva tarsalis superior. Trantas dot’s juga bias dijumpai pada konjungtivitis atopik meskipun tidak sesering pada konjungtivitis vernalis.

Selain konjungtivitis atopik, perlu juga dipikirkan kemungkinan adanya Giant Papillary conjungtivitis pada pemakaian lensa kontak, baik yang hard maupun yang soft. Gejalanya mulai dengan gatal disertai banyak mucus serta timbulnya atau ditemukannya papil raksasa di knjungtiva tarsalis superior. Kelainan ini dapat timbul baik satu minggu sesudah pemakaian lensa kontak maupun setelah lama pemakaian. Pada kelainan ini tidak ada pengaruh musim. Pemeriksaan sitologi hanya menunjukkan sedikit eosinofil. Dengan dilepasnya kontak lens, gejala- gejalanya akan berkurang.
Konjungtivitis vernalis kadang- kadang perlu di diagnosis banding dengan trachoma stadium II yang disertai folikel- folikel yang besar mirip cobble stone.

6.Penatalaksanaan1,3,5,6
Seperti halnya semua penyakit alergi lainnya, terapi konjungtivitis vernalis bertujuan untuk mengidentifikasi allergen dan bahkan mungkin mengeliminasi atau menghindarinya. Untuk itu, anamnesis yang teliti baik pada pasien maupun orang tua akan dapat membantu menggambarkan aktivitas dan lingkungan mana yang harus dihindari. Dengan demikian, penatalaksanaan pada pasien ini akan terbagi dalam tiga bentuk yang saling menunjang untuk dapat memberikan hasil yang optimal. Ketiga bentuk pelaksanaan tersebut meliputi : (1) Tindakan umum; (2) Terapi medikasi; (3) Pembedahan.

1.Tindakan Umum
Dalam hal ini mencakup tindakan- tindakan konsultatif yang membantu mengurangi keluhan pasien berdasarkan informasi hasil anamnesis tersebut diatas. Beberapa tindakan tersebut antara lain :
- Pemakaian mesin pendingin ruangan berfilter
- Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga membawa serbuksari
- Menggunakan kacamata berpenutup total untuk mengurangi kontak dengan allergen di udara terbuka. Pemakaian lensa kontak dihindari karena dapat membantu resistensi allergen.
- Kompres dingin di daerah mata
- Pengganti air mata (artificial). Selain bermanfaat untuk cuci mata juga berfungsi protektif karena membantu menghalau allergen.
- Memindahkan pasien ke daerah beriklim dingin yang sering juga disebut climato-therapy. Cara ini memang kurang praktis, mengingat tingginya biaya yang dibtuhkan. Namun, efektivitasnya yang cukup dramatis patut diperhitungkan sebagai alternative bila keadaan memungkinkan
- Menghindari tindakan menggosok- gosok mata dengan tangan atau jari tangan, karena telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis dari mediator- mediator sel mast.

2.Terapi Medik
Dalam hal ini, terlebih dahulu perlu dijelaskan kepada pasien dan orang tua pasien tentang sifat kronis serta self limiting dari penyakit ini. Selain itu perlu juga dijelaskan mengenai keuntungan dan kemungkinan komplikasi yang dapat timbul dari pengobatan yang ada, terutama dalam pemakaian steroid. Salah satu factor pertimbangan yang penting dalam mengambil langkah untuk memberikan obat- obatan adalah eksudat yang kental dan lengket pada konjungtivitis vernalis ini, karena merupakan indicator yang sensitive dari aktivitas penyakit, yang pada gilirannya akan memainkan peran penting dalam timbulnya gejala.

Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan irigasi saline steril dan mukolitik seperti asetil sistein 10% - 20% tetes mata. Dosisnya tergantung pada kuantitas eksudat serta beratnya gejala. Dalam hal ini, larutan 10% lebih dapat ditoleransi daripada larutan 10%. Larutan alkaline seperti sodium karbonat monohidrat dapat membantu melarutkan atau mengencerkan musin, sekalipun tidak efektif sepenuhnya.

Satu- satunya terapi yang dipandang paling efektif untuk pengobatan konjungtivitis vernalis ini adalah kortikosteroid, baik topical maupun sistemik. Namun untuk pemakaian dalam dosis besar harus diperhitungkan kemungkinan timbulnya resiko yang tidak diharapkan.
Untuk Konjungtivitis vernal yang berat, bias diberikan steroid topical prednisolone fosfat 1%, 6- 8 kali sehari selama satu minggu. Kemudian dilanjutkan dengan reduksi dosis sampai dosis terendah yang dibutuhkan oleh pasien tersebut. Pada kasus yang lebih parah, bias juga digunakan steroid sistemik seperti prednisolon asetet, prednisolone fosfat atau deksametason fosfat 2- 3 tablet 4 kali sehari selama 1-2 minggu. Satu hal yang perlu diingat dalam kaitan dengan pemakaian preparat steroid adalah gnakan dosis serendah mungkin dan sesingkat mungkin.

Antihistamin, baik local maupun sistemik dapat dipertimbangkan sebagai plihan lain karena kemampuannya untuk mengurangi rasa gatal yang dialami pasien. Apabila dikombinasi dengan vasokonstriktor, dapat memberikan control yang memadai pada kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi dosis. Bahkan menangguhkan pemberian kortikosteroid topical. Satu hal yang tidak disukai dari pemakaian antihistamin adalah efek samping yang menimbulkan kantuk. Pada anak- anak, hal ini dapat juga mengganggu aktivitas sehari- hari.

Emedastine adalah antihistamin paling poten yang tersedia di pasaran dengan kemampuan mencegah sekresi sitokin. Sementara olopatadine merupakan antihistamin yang berfungsi sebagai inhibitor degranulasi sel mast konjungtiva.
Sodium kromolin 4% terbukti bermanfaat karena kemampuannya sebaga pengganti steroid bila pasien sudah dapat dikontrol. Ini juga berarti dapat membantu mengurangi kebutuhan akan pemakaian steroid. Sodium kromolin berperan sebagai stabilisator sel masi, mencegah terlepasnya beberapa mediator yang dihasilkan pada reaksi alergi tipe I, namun tidak mampu menghambat pengikatan IgE terhadap sel maupun interaksi sel IgE dengan antigen spesifik. Titik tangkapnya, diduga sodium kromolin memblok kanal kalsium pada membrane sel serta menghambat pelepasan histamine dari sel mast dengan cara mengatur fosforilasi.

Lodoksamid 0,1% bermanfaat mengurangi infiltrate radang terutama eosinofil dalam konjungtiva. Levokabastin tetes mata merupakan suatu antihistamin yang spesifik terhadap konjungtivitis vernalis, dimana symptom konjungtivitis vernalis hilang dalam 14 hari.

3. Terapi pembedahan
Berbagai terapi pembedahan, krioterapi dan diatermi pada papil raksasa konjungtiva tarsal kini sudah ditinggalkan mengingat banyaknya efek samping dan terbukti tidak efektif, karena dalam waktu dekat akan tumbuh lagi. Apabila segala bentuk pengobatan telah dicoba dan tidak memuaskan, maka metode dengan tandur alih membrane mukosa pada kasus konjungtivitis vernalis tipe palpebra yang parah perlu dipertimbangkan. Akhirnya perlu dipetekankan bahwa konjungtivitis vernalis biasanya berlangsung selama 4- 6 tahun dan bisa sembuh sendiri apabila anak sudah dewasa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Staff Ilmu Penyakit Mata FK UGM, Keratokonjungtivitis Vernalis dalam http://www.tempo.com.id/medika/042002.htm

2. Al-Ghozie, M., Handbook of Ophthalmology : A Guide to Medical Examination, FK UMY, Yogyakarta, 2002

3. Wijana, N., Konjungtiva dalam Ilmu Penyakit Mata, 1993, hal: 41-69

4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah., Buku Pedoman Kesehatan Mata Telinga dan Jiwa, 2001

5. Vaughan, D.G, Asbury, T., Eva, P.R., General Ophthalmology, Original English Language edition, EGC, 1995

6. Ilyas, S., Konjungtivitis Vernalis dalam Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Fakultas Kedokteran UI, Balai Penerbit FK UI, Jakarta, 2004