Bangkitnya Kembali Perang Ideologi, Kapitalis vs Komunis


Akhir-akhir ini kita disuguhkan dengan berita yang cukup menyulut emosi dunia Internasional. Dua negara beda ideology saling serang di Semenanjung Korea. Korea Utara versus Korea Selatan. Ya, Korea Utara yang ideology negara kental dengan Komunisme dan Korea Selatan yang di back up oleh Kapitalis Amerika Serikat. Korea Utara dibawah dictator komunis, Kim Young Il sengaja membuat panas dunia Internasional dengan beberapa kali melakukan uji coba rudal Tae Podong dan pembuatan pusat pengayaan uranium untuk memproduksi senjata pembunuh masal, Nuklir. Kim Young Il tidak sendiri, afiliasi antara China dan Vietnam Utara dan malu-malu kucing Rusia sepertinya semakin membuat percaya diri Korea Utara berkacak pinggang menantang dunia. Korea Utara yang saat ini masih benar-benar menegakkan panji Komunisme Absolut tidak seperti negara komunis lain yang lebih lunak terhadap dunia luar. Negeri Tirai Bambu sesungguhnya adalah Korea Utara karena tidak mudah diakses dan tidak mudah ditembus karena siap berdiri kokoh menantang dunia.

Langkah penetrasi yang dilakukan oleh Korea Utara membuat seteru abadinya Korea Selatan geram, melalui Presiden Lee Myung Bak menginstruksikan darurat militer di Korea Selatan. Bahkan menteri Pertahanan Korea Selatan ,mengundurkan diri dari jabatan strategis tersebut karena dianggap tidak mampu menjaga kondusifitas. Sikap kstaria yang patut dipuji oleh pemimpin di Indonesia. Wacana ini kemudian hari ditanggapi oleh Amerika Serikat dengan mengirimkan kapal perang dan pesawat tempur untuk membantu Korea Selatan. Korea Selatan pun tidak sendiri, masih ada Inggris dan beberapa negara Uni Eropa yang siap membantu.
Masih ingat dalam ingatan kita pertengahan tahun 2009 ketika kapal perang Korea Selatan di rudal sehingga tenggelam di dasar laut Semenanjung Korea. Konflik demi konflik inilah yang puncaknya adalah serangan terhadap ribuan rakyat sipil Korea Selatan. Akumulasi konflik ini, bukan tidak mungkin akan menyebabkan Perang Korea jilid dua yang membuat stabilitas ekonomi dan politik terganggu. Bahkan bukan tidak mungkin, hal ini akan menyulut Perang Dunia Ke Tiga yang embrio-embrionya sudah muncul di permukaan.

Masih ingat dalam ingatan kita ketika Indonesia yang dahulu di zaman Bung Karno sebagai Presiden dekat menjalin hubungan dengan Uni Soviet yang notabene pemimpin Komunis Internasional. Kedekatan Bung Karno dengan Nikita Kruschev yang ketika itu perdana menteri Uni Soviet pengganti Josep Stalin. Bahkan, kemerdekaan Indonesia diawali dengan letupan pemikiran Sosialis Komunis yang di komando oleh Tan Malak, Muso, Alimin dan kawan-kawan. Riak-riak pemberontakan dengan dasar Ideologi Sosialis tersebut yang akhirnya memaksa Belanda untuk menyerahkan kedaulatan Republik Indonesia Serikat ke tangan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Isu yang berhembus ke permukaan tentang adanya peran dari tangan-tangan komunis dalam membantu kemerdekaan Indonesia jika ditilik dari aspek sejarah memang cukup dijadikan alasan. Rentetan peristiwa pemberontakan PKI sampai runtuhnya PKI di tangan Soeharto merupakan bukti otentik yang masih diperdebatkan.

Tumbangnya Orde Lama dan diganti dengan Orde Baru pun atas kongsi dengan Kapitalis yang ketika itu maish di cengkram oleh Amerika Serikat bahkan sampai saat ini. Fakta sejarah membuktikan bahwa peran Kapitalis dalam membantu menjungkalkan rezim Orde Lama tertulis dalam bingkai sejarah perjalanan bangsa. Sejak tumbangnya Soekarno, terlihat jelas matinya ideology Komunis sampai ke akar-akarnya hingga saat ini. Dunia mungkin sadar bahwa untuk menggulingkan Orde Lama memerlukan empat tangan dan empat kaki untuk mencabut hegemoni kekuasaan. Sehingga Amerika dengan operasi canderstain mengoyak inetgritas kebangsaan. Namun semua itu dewasa ini sudah di kembalikan ke postulat yang sesugguhnya yaitu tentang Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

Namun ironisnya, penjajahan dengan selubung neokolonialisme dan neoimperialsme masih merajalela. Seakan tidak mampu untuk melawannya. Indonesia sekali lagi hanya diam. Tanpa kata dan tanpa bahasa. Penjajahan jilid ke dua terasa amat sulit untuk dihindari karena moral anak bangsa sudah tertutup oleh pragmatism kekuasan, harta dan kedudukan. Benar apa yang dikatakan oleh Bunga Karno, “Perjuangan ku terasa mudah karena mengusir penjajah namun perjuanganmu akan terasa susah karena mengusir bangsa sendiri”.

Semoga perang Ideologi ini hanya kamuflase agar dapat diredupkan kembali. Karena bagaimanapun juga rakyat yang akan menjadi korban utama. Rakyat yang menderita mati sengsara. Sudah cukup derita ini dialami oleh nenek moyang kami. Biarkanlah kami yang akan menanggung bahagia perjuangan meraka dalam mendamaikan dunia.

Aku dan Mbah Sarimah, Refleksi Pengalaman Relawan Merapi


Pengalaman yang paling menyentuh selama menjai relawan saat tanggap darurat merapi adalah ketika bertemu langsung dengan salah seorang pengungsi. Namanya mbah Sarimah. Seorang pengungsi asal kabupaten Magelang yang jarak rumahnya sekitar 5 Km dari puncak Merapi. Mbah Sarimah hidup sebatang kara di Magelang, suaminya sudah meninggal dan tidak memiliki anak. Ia hidup hanya dengan saudara-saudaranya. Mbah sarimah tidak pernah menyangka apa yang akan terjadi pada dirinya kelak ketika merapi sudah kembali sedia kala. Rumahnya hancur, binatang ternak entah keberadaannya dan ia kehilangan sepasang cincin pemberian si mbok. Ia sekarang sudah tidak memiliki apa-apa.

Mbah sarimah yang hidup sendiri dirumah yang kecil menceritakan kepada saya tentang kisah pilu yang menerpa dirinya ketika wedhus gembel menerjang desanya.

Ketika itu, setelah menunaikan sholat Isya di mesjid. Mbah sempat pulang ke rumah membuka lemari pakaian kemudian mencari cincin (ali-ali) yang ia simpan di lemari. Ketika cincin itu ia taruh di atas tempat tidur. Tiba-tiba keributan terjadi, seluruh warga desa teriak wehus gembel.. wedhus gembel.. Ia dijemput oleh saudaranya disuruh cepat-cepat keluar rumah hingga semuanya sangat panic. Ia melupakan cincin peninggalan orang tuanya begitu saja diatas meja. Hingga ia sadar ketika diatas truck yang membawanya bahwa cincin itu tertinggal diatas tempat tidur. Ia tidak sempat membawa apa-apa, yang ia bawa hanya sepasang baju dan jarit yang melekat ditubunnya dan satu lagi, ia hanya membawa sebuah tasbih, mukena dan sajadah lusuh yang biasa ia pakai untuk sholat (Subhanallah)

Mbah sarimah menceritakan pengalaman getir itu kepada saya dan kawan-kawan sambil menangis meneteskan air mata. Mbah menangis tersedu karena dia sekarang sudah tidak memiliki apa-apa. Seekor sapi yang biasa ia pelihara hilang entah kemana. Ia hanya menggantungkan hidupnya pada kuasa Yang Maha Kuasa. Ia bingung setelah semuanya selesai ia akan tinggal dimana. Rumahnya yang kecil sudah hancur tertimbun abu vulkanik. Ia mendapatkan informasi dr kepala dusun setempat. Pak kadus berkata bahwa desanya sudah tertutup abu vulkanik seluruhnya.

Mbah sarimah hanya pasrah kepada Allah, ia sekarang hanya mengikuti arus yang membawanya pergi entah kemana. Ia tidak tahu setelah ini akan tinggal dimana. Ia menceritakan pengalaman ini sambil tersedu-sedu (dengan menggunakan bahasa jawa). Sejak hujan abu vulkanik tersebut, kondisi kesehatan mbah sarimah semakin sering sakit-sakitan. Batuk yang semakin parah membuat tenggorokan sakit untuk memakan nasi sementara kondisi perut terasa lapar. Jadinya serba salah. Mau makan tenggorokan sakit, sementara perut terasa perih lapar.

Mbah Sarimah satu diantara sekian banyak pengungsi yang nasibnya masih tidak jelas. Tergantung-gantung tanpa kepastian. Dibalik itu semua, coba teman-teman bayangkan. Kami sat itu menemuinya disebuah mushola kecil ketika akan melaksanakan sholat duhur. Yang membuat hati ini terasa tidak berguna di depan Allah semangatnya tidak pernah padam memakmurkan mesjid ketika musibah menimpa, semangatnya untuk sujud selalu ia lakukan dari dulu sebelum bencana sampai sekarang. Buktinya, ketika semua orang panic, lupa dan kalut hingga lari tunggang langgang. Yang ia bawa hanya sebuah MUKENA, sebuah, SAJADAH dan TASBIH, itulah HARTA tersisa yang Allah beri agar Ia selalu ingat bahwa Allah selalu bersamanya. Yakinlah, bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hambanya.

Sampai berjumpa mbah sarimah, semoga ketabahan dan kesebaran mbah di dengar dan dikabulkan oleh Allah SWT. Sang Pemilik Semesta.

Ngluwar, Kab. Magelang, 21 November 2010 pukul 13.05 WIB

Salam hangat Relawan Merapi

dr. SRS

Jogjaku penuh dengan Abu..


Jogjaku Penuh Dengan Abu..
Sudah hampir satu bulan lamanya Jogja dan sekitar penuh dengan abu vulkanik hasil letusan merapi beberapa hari yang lalu. Debu yang hitam pekat menyesakkan nafas setiap pengguna sepeda motor dan pejalan kaki. Beberapa pengalaman yang bisa di share sejauh ini seperti ini.. Yuk mariiiiiiiii…

Gembar-gembor isu merapi akan meletus dahsyat sudah muncul pertengahan oktober. Apalagi ketika semakin hari level status merapi sudah semakin meningkat dalam 1 minggu, mulai dr siaga, waspada sampai akhirnya ditetapkan AWAS!. Akhirnya waktu yang ditunggu pun menjadi kenyataan. Merapi meletus tepat jam 3 dini hari, bangun pagi mau jogging seperti biasa liat halaman rumah yang penuh dengan debu vulkanik setebal 2-3 cm. Semua jalanan penuh dengan debu, terasa sesak memang, akhirnya ku batalkan acara jogging di Mandala. Setelah semalam diguyur hujan abu sore harinya hujan, Alhamdulillah debu yg tebal akhirnya dapat sedikit demi sedikit dikikis walaupun keesokan harinya masih ada sisa. Hari demi hari dilalui menjadi relawan, jarak aman marapi hanya 15 km dr puncak masih sempat jalan ke daerah turgo dan cangkringan. Tapi mendadak seminggu yg lalu awan panas merapi semakin menjadi sehingga jarak aman di pindah menjadi 20 km.

Masih sempat jalan ke kampus padahal kampus UII termasuk daerah batas 20 km sehingga harus dipindah. Karena di GOR penuh pengungsi dan tenaga dokter hanya 1 dr 1000 pengungsi secepat kilat langsung naik ke atas GOR. Masya Allah, debu tebal menempel di baju dan celana. Jaket dan celana warna hitam lagnsung berubah menjadi coklat. Sampai di GOR liat pengungsi semakin eneg, gimana ga, banyaknya bukan main udah gitu bau sedap didalam GOR.
Setelah selesai mengobati pasien keesokan harinya menmgikuti tour Posko Merapi UII dan Alumni HMI, bagi-bagi tugas dimana kosong isi disana. Sampai akhirnya, mencoba lahan baru di daerah Muntilan tepatnya di Dusun Gunung Pring. Sampai ga ingat lagi dusun itu, bentuknya udah ga karuan. Semua pohon tumbang, lahan pertania rusak parah, ikan-ikan banyak yang mati di kolam dan abu sangat tebal menutupi jalan. Muntilan lebih parah dibanding Jogja.

Relawan merapi kali ini lebih banyak sekali NGO datang ke jogja mulai dari Eka Tjipta Foundation, Sampoerna Foundation dsb, sehingga sense of lobbying harus dipertajam.. hehe..

Dibalik itu semua, bencana merapi kali ini meninggalkan duka yg mendalam. Meninggalnya juru kunci gunung merapi mbah maridjan membuat sedih seluruh jogja. Beliau wafat dalam posisi sujud di rumah beliau. Bukan Cuma itu salah seorang reporter TV juga meninggal. Termasuk relawan PMI Jogja, mas tutur. Selamat jalan pejuang.. doa kami beserta kalian.. Amien