Blunder PSSI

Sebelum artikel ini dijelaskan secara panjang lebar, saya pribadi ingin mengucapkan selamat atas keberhasilan kongres luar biasa PSSI yang sudah dilasanakan di Solo dengan sukses dengan terpilihnya Djohar Arifin Husin dan Farid Rahman yang secara langsung tampak kemenangan di pihak tim 78. Setelah melalui pergulatan yang cukup panjang dengan mempertahankan duet George Toisutta dan Arifin Panigoro untuk diusung dalam kongres tersebut ternyata tidak disetujui FIFA.

Menurut kami, blunder awal yang dihadapi oleh PSSI adalah dengan memberhentikan pelatihan Alfred Riedl dan asisten pelatih Wolfgang Pikal secara sepihak. Ini secara psikologis dapat mempengaruhi persiapan tim dalam menghadapi Turkmenistan dalam pra piala dunia. Kalau kami melihat, ini terkait dengan kebijakan Riedl dengan tidak melibatkan pemain-pemain LPI untuk masuk ke dalam tim nasional (karena LPI sebenarnya produk Arifin Panigoro). Keputusan LPI sudah benar, karena LPI tidak diakui FIFA sehingga wajar jika Riedl ingin main aman.

Blunder selanjutnya, penunjukan Wim Rijsbergen yang notabene pelatihan PSM Makassar yang sebenarnya belum teruji kualitasnya dalam persepakbolaan Indonesia. Prestasi tinggi hanya mengantarkan Trinidad Tobago sebagai peserta Piala Dunia 2010 itupun hanya sebagai asisten pelatih Leo Benhakker.

Terlepas dari permasalahan ini semua kita patut tunggu apakah kepengurusan PSSI saat ini merupakan representasi insan sepakbola Indonesia yang berusaha untuk keluar seutuhnya dari rezim Nurdin Halid. Semoga cita-cita kita semua bisa tercapai untuk sepak bola Indonesia lebih baik.