Munculnya Ideologi Dunia Ketiga


Oleh : dr. Sani Rachman Soleman

”Dialah yang mengutus rasul Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dia memenangkannya diatas segala agama meskipun orang-orang musyrik membencinya” (As-Shaff : 9)

Kutipan ayat Al Quran diatas menggambarkan bahwa Islam yang diturunkan oleh Alloh SWT kepada Muhammad saw melalui perantara malaikat Jibril merupakan agama yang benar sehingga harus mampu membenarkan ajaran agama lain termasuk paham dan aliran yang menyesatkan. Islam sebagai entitas esoteric memiliki nilai-nilai fundamentalis untuk memahami agama, paham dan aliran lain yang memberikan janji hanya sebatas materi tanpa jaminan nilai-nilai transcendental. Sehingga jaminan pasti bagi setiap muslim untuk meyakininya tanpa ragu karena Islam adalah rahmatan lil alamin. Dalam konteks kontemporer, Islam sebagai azas merupakan paradigma gerakan dunia Islam untuk melepaskan diri dari hegemoni ideology komunis, sosialis, kapitalis, liberalis atau isme-isme yang lain. Semangat juang yang merasuk dalam nilai-nilai Islam dan diimplementasikan dalam konsep Jihad merupakan aspek transendetal yang memberikan pencerahan bagi umat yang tertindas. Apakah Islam sebagai Ideologi mampu memberikan kontribusi konstruksi peradaban zaman? Jawaban ini sudah dijawab oleh alam dan fakta yang terkadung didalamnya.

Memasuki abad 19 dimana perang ideology mulai mencapai titik puncak dalam peradaban zaman. Dimulai dengan pemikiran-pemikiran Karl Marx yang ajarannya kemudian di bukukan oleh Frederich Angel dengan istilah Marxisme dikemudian hari menjadi dictum gerakan yang dinamis dan progresif dalam melawan penindasan kaum borjuasi. Revolusi Bolshevik yang diprakarsai oleh Vladimir Lenin di Uni Soviet dengan menggulingkan rezim Tsar sehingga merubah total Negara tersebut menjadi Negara komunisme Intenasional. Lenin yang merupakan tokoh utama dalam mengadopsi pemikiran Marx di Uni Soviet sehingga ajaran Lenin yang sudah terdoktrin oleh ajaran Marx menjadi Leninisme. Sejarah panjang Rusia menjadi Negara komunis dilanjutkan oleh penerus Lenin yaitu Josep Stalin. Sistem koletivikasi pertanian yang diterapkan oleh Stalin membuat partai Komunis Uni Soviet yang pada zaman Lenin mengalami kemerosotan oleh Stalin dibangkitkan kembali. Namun program tersebut menyengsarakan rakyat karena rakyat tidak berhak mendapatkan hasil atas pertanian karena seluruh hasil pertanian dikumpulkan menjadi satu. Akumulasi modal tersebut kemudian hari menjadikan partai Komunis Uni Soviet menjadi besar dan jaya sehingga membentuk sebuah dictator proletariat. Konsep tersebut dilanjutkan oleh penerus Stalin, Nikita Kruschev. Sampai akhirnya ditangan Presiden Michael Gorbachev yang terkenal dengan Glasnot dan Perestroika-nya. Di tangan Gorbachev inilah Uni Soviet pecah berkeping- keping menjadi Negara Eropa Timur yang sebagian besar menganut komunisme.

Ajaran Marxisme di China (sekarang Tiongkok) menggulingkan kekaisaran terakhir di China, kaisar Qing dipaksa harus turun tahta karena gerakan Maoisme yang dipimpin oleh Mao Zedong. Ketika terjadi konflik di China, pada dasarnya kaum Nasionalis Kuomintang yang dipimpin oleh Chiang Kai Sek sempat memimpin China namun akhirnya harus menyerahkan kekuasaan pada Mao. Bahkan China ketika ditangan Presiden Ziang Zemin menerapkan sistem komunisme yang sangat tertutup dari dunia luar. Masa kepemimpinan komunisme di tangan Ziang Zemin ternoda dengan peristiwa Tragedi Tian Nan Men yang menewaskan 100.000 mahasiswa di lapangan Tian Nan Men. Hingga pasca turunnya Ziang Zemin dan digantikan Hu Jintao komunisme di China semakin menancapkan diri dalam gelanggang politik luar negeri. Di tangan Hu Jintao inilah China menjadi Negara raksasa ekonomi dunia yang semakin tumbuh pesat.

Komunisme yang masih mapan di dunia adalah komunisme ala Fidel Castro di Kuba dan ala Kim Young Il di Korea Utara. Walaupun berusaha terus di goyang oleh pemerintahan Amerika serikat dan kroninya paham ini di dua Negara tersebut sangatlah solid hingga saat ini. Bahkan Korea Utara, Negara kecil yang disegani mampu membuat reactor nuklir dan rudal yang memiliki daya jangkau cukup jauh hingga Amerika, Taepodong. Sehingga, walaupun Uni Soviet runtuh pada hakekatnya komunisme masih tumbuh subur di belahan dunia lain. Runtuhnya Tembok Berlim tahun 1990 pun mengakhiri era komunisme Jerman Timur. Dan hingga sekarang Jerman steril dari komunisme.

Berbagai cara dilakukan oleh Kapitalisme barat yang mapan dengan materi untuk menggulingkan komunisme dari dunia. Kaum kapitalis yang kuat dengan modal masuk melalui dimensi-dimensi social di masyarakat. Seolah-olah ingin menjadi penguasa tunggal di muka bumi. Mereka ingin mewujudkan cita-cita Francois Bacon membuat Negara industrialisasi dengan Knowledege to Power. Usaha yang ditempuh seperti di Uni Soviet dengan memecah menjadi beberapa Negara bagian, meruntuhkan tembok berlin di Jerman, bahkan di Indoensia ikut menumbangkan Soekarno sebagai Presiden Indonesia ketika itu. Amerika sudah melihat gelagat Indonesia ditangan Bung Karno lebih condong ke politik Uni Soviet. Bahkan dalam suatu acara kenegaraan ketika itu, baleho raksasa di buat dan mensejajarkan Bung Karno dengan Karl Marx, Vladimir Lenin dan Josep Stalin. Akhirnya, kapitalis barat mampu meruntuhkan Indonesia sehingga komunisme di Indonesia hanya sejarah belaka. Namun, hal ini tidak dapat dilakukan di Korea Utara yang komunis. Berbeda dengan Korea Selatan yang Republik. Untuk kawasan Asia, hanya Korea Utara yang sampai detik ini masih berpegangan pada konsep Komunisme yang kokoh. Kim Young Il tidak gentar sedikitpun ketika harus berhadapan dengan Amerika Serikat ketika harus vis a vis dengan Korea Selatan. Bahkan Young Il sudah mempersiapkan putra bungsunya untuk meneruskan tampuk kekuasaan penggatinya setelah dia mundur.

Setelah mencapai hasrat untuk berkuasa, secara eksploitatif dan massif mampu menghisap kekayaan alam Negara terjajah tersebut. Namun, kapitalis Amerika masih di buat bingung cara menundukkan Negara-negara kawasan Amerika Latin yang di kawal oleh Bolivia, sebuah Negara kecil dikawasan Amerika Latin yang dimpin oleh Hugo Chavez. Negara Sosialis yang memiliki keberanian untuk melawan hegemoni kapitalis. Bukan hanya Bolivia, namun juga beberapa Negara lainnya seperti Brazil, Argentina dan sebagainya. Sosialis sebagai paradigm gerakan di kawasan Amerika Latin untuk sementara mampu menahan gempuran Barat, namun entah sampai kapan dapat bertahan. Sistem sosialis cukup rapuh untuk menahan gempuran karena sistem ini tidak memiliki konsep ideology yang cukup kuat. Doktrin-doktrin gerakan cukup lemah sehingga masih dapat kelemahan untuk tumbang.

Sebuah gerakan ideology yang muncul dan mewarnai pentas politik dunia internasional adalah Islam. Islam lahir sebagai solusi atas permasalahan umat yang semakin hari semakin menemui jurang degradasi. Islam sebagai sebuah paradigm gerakan ternyata mampu membawa perubahan dalam dimensi tatanan social masyarakat. Sistem doktrin dalam Islam yang kokoh dengan konsep jihad dan imamah ternyata mampu membuat revolusi sistemik. Sebagai contoh bagaimana Iran yang ketika dipimpin oleh Syah Reza Pahlevi mampu menjadi Negara Republik Islam Iran sehingga Amerika seperti kehilangan tajin untuk dapat menguasai Iran. Sampai saat ini, pasca hancur leburnya Iraq, Iran menjadi Negara adidaya di kawasan teluk. Revolusi Iran yang diprakarsai oleh Ayatulloh Khomeini melalui ceramah-ceramahnya dan juga pemikiran-pemikiran Ali Syariati, Murthada Muthahari, Mulla Sadra dan sebagainya mampu menjadi gerakan pembahruan untuk menuju Iran yang lebih asketis dengan Islam sebagai manhaj gerakan.

Selain Iran, yang masih cukup hangat saat ini adalah Mesir. Proses penggulingan Hosni Mubarak di jazirah Arab sedang berlangsung namun ia tetap tidak bergeming dari posisi mapan Presiden Mesir yang telah dikuasai selama 30 tahun lebih. Gerakan Ikhwanul Muslimin yang sangat solid sebagai gerakan yang memprakarsasi penggulingan Hosnu Mubarak dipercaya menjadi motor penggerak perubahan di Mesir. Ikhwanul Muslimin yang didirikan pada tahun 1928 oleh Hasan Al Bana ketika Mesir dipimpin oleh Gamal Abdul Naser merupakan sebuah gerakan antikemapanan. Sebuah gerakan yang membantu Indonesia untuk menekan dunia internasional dalam kemerdekaan Indonesia, sehingga secara historis memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Indonesia. Namun, ketika terjadi penembakan Presiden Anwar Sadat pada tahun 1980, gerakan ini dilarang oleh penggatinya yaitu Hosni Mubarak. Tokoh-tokoh pergerakan dipenjara bahkan ada yang dibunuh. Setelah 30 tahun berkuasa, Ikhwanul Muslimin jualah yang akhirnya memaksa Hosni Mubarak terbunuh dalam tahta kekuasaan. Gerakan-gerakan revolusi ini kemudian hari merembet ke wilayah lain seperti Yaman, Tunisia, bahkan bukan tidak mungkin ke Libia dimana Moammar Ghadafi sudah cukup lama exist di tampuk kekuasaan.

Islam sebagai sebuah ideology anti penindasan, anti penghisapan dan anti kemapanan terhadap rezim yang menancapkan hegemoni dalam kekuasaan sebuah solusi terhadap jeritan zaman yang ingin bebas terhadap kepungan belenggu penjajahan. Islam yang digunakan sebagai manhaj gerakan dibelahan dunia ketiga saat ini muncul kembali ke permukaan setelah sekian lama dorman dari peradaban. Ketika awal berdirinya Islam, agama ini menjadi symbol anti kejahiliyahan. Muhammad sebagai seorang Al Amin yang diberi wahyu oleh Alloh SWT untuk merintis jalan perdamaian dan kesejahteraan umat manusia. Ketika Islam diturunkan, agama ini digunakan sebagai petunjuk dan untuk membenarkan terhadap agama-agama lain. Disanalah substansi Islam sebagai ideology gerakan yang berdiri kokoh melawan tirani Abu Jahal di jazirah Arab. Namun, pasca khulafaurrayidin Islam mengalami dorman dalam gerakan hingga puncaknya terjadi ketika penggulingan rezim Syah Reza Pahlevi di Iran. Setelah itu, diikuti oleh gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir untuk menggulingkan tahta kekuasaan Hosni Mubarak.

Kini, Islam telah bangkit dan muncul ke permukaan sebagai tameng terhadap paham-paham yang menyesatkan dan mengakomodir kepetingan kapitalis dan liberalis barat yang settle dengan doktrin matrealisme historis ala Marx. Kinio Islam telah hadir sebagai pemecah kebuntuan gerakan yang dirasakan masih jauh dari nilai-nilai transcendental. Saatnya kaum muslim menjadi pioneer dalam rekonstruksi peradaban zaman. Wallahualam…
Is kariiman au mut syahiidan…


Revolusi Arab


Oleh dr. Sani Rachman Soleman

“Seorang pemimpin yang memerintah dengan tangan yang berlumuran darah akan menghasilkan generasi-generasi yang menghunus pedang”

Dunia arab dalam satu bulan ini telah mengalami goncangan yang cukup hebat. Revolusi berdarah dengan kekuatan rakyat “people power” berusaha menggulingkan kekuasaan mapan diktator bertangan besi. Di mulai dari Tunisia, turunnya kekuasaan Presiden Ben Ali setelah 20 tahun berkuasa, diikuti dengan gerakan revolusi di Mesir untuk menggulingkan rezim berkuasa 30 tahun Hosni Mubarak, kerikil revolusi di Yaman untuk menggulingkan presiden Saleh sampai unjuk rasa di Italia untuk menurunkan Silvio Berlusconi. Gerakan-gerakan anti kemapanan yang mengilhami revolusi di dunia arab tidak lain adalah untuk menggulingkan rezim yang berkuasa dengan tangan besi.

Lantas mengapa gerakan-gerakan revolusi tersebut bias merembet dari belahan dunia satu ke belahan dunia yang lainnya? Meminjam istilah yang diutarakan oleh Fritjof Capra tentang “Butterfly Effect”, Capra menjelaskan tentang fenomena kepakan sayap kupu-kupu di Brazil namun efeknya bisa dirasakan hingga ke Toronto Amerika Serikat. Artinya, sebuah peristiwa di suatu tempat dapat menimbulkan peristiwa di tempat lain. Memang hal ini memerlukan pemahaman di luar batas nalar insan.

Jika menilik sejarah revolusi di dunia arab, dimulai ketika runtuhnya dinasti ummayah di Turki pada tahun 1924 oleh Mustafa Kemal Attaturk yang merubah Negara teologis menjadi Negara sekuler antiteologi. Attaturk yang banyak merubah tradisi muslim yang sudah mapan dengan keyakinan muslim rakyat Turki ketika berkuasa menjadikan Negara tresebut menjadi sekuler Setelah itu diikuti dengan kebangkitan gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikan di Mesir tahun 1928 dengan pendirinya Hasan Al Bana. Gerakan inilah yang mendukung proses kemerdekaan Indonesia sehingga secara historis, Ikhwanul Muslimin memiliki ikatan historis dengan Indonesia. Walaupun dikemudian hari, Ikhwanul Muslimin di bredel karena dianggap organisasi terlarang dengan kematian Presiden Anwar Sadat. Setelah 30 tahun simpatisan dan anggota organisasi IM di penjara oleh rezim pengganti Sadat, Hosni Mubarak. Banyak tokoh-tokoh IM yang dipenjara dan dibunuh seperti Sayid Qutb, Hasan Al Bana, Ahmad Yasin dan sebagainya namun pemikiran mereka yang syahid tidak pernah padam. Sehingga pemikiran syahid itulah yang mengilhami revolusi Mesir.

Pada tahun 1979 masih ingat tentang Revolusi Islam di Iran yang sampai sekarang menjadikan negara pada mullah itu menjadi negara teologis. Revolusi Islam di Iran yang di kawal oleh Ayatullah Khomeini menumbangkan kekuasaan tirani Syah Reza Pahlevi. Semangat etos perjuangan sebagai bagian dari jihad fisabilillah dengan mempelajari pemikiran-pemikiran konstruktif ala Ali Syariati, Murthada Muthahari, hingga pidato-pidato penggugah semangat ala Ayatulloh Khomeini. Semangat anti kemapanan yang mereka perjuangkan digunakan untuk meruntuhkan kediktatoran Pahlevi yang pro kapitalisme barat. Walaupun di embargo oleh Amerika dan Eropa, Iran tetap berpendirian teguh membuat pusat pengayaan uranium yang dituduh Amerika digunakan untuk membuat senjata nuklir penghancur masal.

Ada sebuah kepentingan Amerika dan sekutunya untuk mempertahankan status quo sebuah rezim kekuasaan. Apalagi krisis di timur tengah dapat memberikan dampak yang signifikan dalam meningkatkan harga minyak dunia. Karena daerah timur tengah merupakan lumbung produksi minyak dunia, sehingga beberapa pihak memanfaatkan hal ini untuk mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar. Begitu juga dengan krisis di Mesir, Terusan suez yang merupakan jalur perdagangan di kawasan timur tengah merupakan daerah yang cukup vital. Kapal-kapal barang tidak perlu berputar mengelilingi Afrika karena dapat langsung melalui terusan suez tersebut. Jika Mesir jatuh ke tangan penguasa yang antikapitalis barat, dapat dipastikan kebijakan dalam negeri Mesir akan jauh dari pro barat. Bisa saja terusan suez ditutup yang dapat mempengaruhi stabilitas harga minyak dunia.

Yang paling ditakutkan karena penutupan terusan suez adalah negara-negara sekitar termasuk Israel yang mendapatkan pasokan minyak dari Mesir. Jika Mesir jatuh ke tangan kelompok Islam militant, pasokan minyak ke Israel akan terputus dan mempengaruhi perekonomian Israel itu sendiri. Ketakutan Amerika dan sekutunya jika Mesir akan jatuh ke tangan militant Islam sama seperti Iran. Jika di Iran ada gerakan syiah yang menjadi motor penggerak revolusi, sedangkan di Mesir ada gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Hasal Al Bana. Jika Mesir jatuh ke tangan gerakan ikhwanul muslimin sama seperti dengan Iran, kebijakan politik luar negeri Amerika dan sekutunya akan berubah. Tentunya, Amerika akan berjuang mati-matian untuk mempertahankan Mesir agar masih dalam genggaman Amerika. Oleh karena itu, selama 30 tahun lebih kekuasaan Hosni Mubarak,

Sudah saatnya kediktatoran tangan besi Hosni Mubarok berakhir di Mesir. Segera dibentuk pemerintahan transisi yang dapat mengakomodir seluruh kepentingan di Mesir. Rakyat Mesir sudah pongah dengan sikap pemerintahan Mubarok yang penuh dengan praktek korupsi, kolusi dan nepotisme dengan kekayaan menembus 360 triliun rupiah. Sementara itu, kemiskinan dan pengangguran semakin bertambah. Namun, di ujung masa kepemimpinan Mubarok, ia masih tetap bertekad tidak akan mundur dari tampuk kekuasaan. Dengan segala cara ia berusaha melakukan strategi tertentu untuk dapat melakukan estafet kekuasaan. Ia sudah mempersiapkan wakil presiden Omar Sulaiman untuk menggantikannya, bahkan ia membentuk cabinet baru untuk menjaga stabilitas di mesir dan yang paling baru mengundurkan diri dari ketua NDP. Strategi itu hanya trik untuk mengelabui rakyat yang sudah jenuh dengan kepemimpinan Mubarok. Diperlukan seorang tokoh tengah dan reformis untuk dapat menjadi jembatan dalam membentuk Mesir menjadi negara yang lebih demokratis. El Baradei, seorang moderat harus mampu berdiri diatas semua golongan dan ini merupakan tugas berat yang harus diemban oleh seorang El Baradaei. Semoga ia mampu melakukannya..

Vandalisme Berkedok Agama


Oleh : dr. Sani Rachman Soleman
Kekerasan! Sebuah kata yang akhir-akhir ini muncul lagi ke permukaan dengan agenda utama Ahmadiyah. Atau bahkan kita jangan menggunakan kata kekerasan, bagaimana jika menggunakan kata anarkisme atau bahkan lebih sarkas, vandalism. Yang jelas, dari berita yang didengar menggembarkan bahwa kekerasan menjadi tema hangat dalam minggu ini. Substansi Ahmadiyah sebagai aliran baru digugat oleh ormas Islam seperti sebelumnya.

Terkadang, cobalah untuk berfikir dan merenungi kebebasan beragama berserikat dan berkumpul dijamin oleh konstitusi. Namun bagaimana setiap rakyat menjiwai semangat konstitusi untuk dapat di eksternalisai dalam kehidupan beragama. Saling menghormarti dan membangun budaya tepo seliro antar sesama tanpa diskriminasi dan penindasan. Saya teringat tentang sebuah cerita yang pernah diutarakan oleh Ayah dalam sebuah diskusi ringan dalam perjalanan ke kota. Dahulu di daerah Maluku, hidup sekelompok orang nasrani dan daerah tetangga sebelah hidup sekelompok muslim. Namun, kehidupan mereka sejahtera karena saling menghormati dan menjunjung tinggi kebebasan beragama datu dengan yang lainnya. Setelah diselidiki ternyata mereka menanamkan budaya pela gandong. Ada semacam perjanjian persaudaraan antara dua agama tersebut untuk saling membantu jika terjadi musibah satu dengan yang lainnya. Saking eratnya hubungan ini, mereka menganggap seperti saudara kandung sendiri.

Singkat cerita, suatu hari terjadi konflik antara umat kristiani daerah tersebut dengan umat kristiani daerah lain. Konflik ini kemudian berlanjut menjadi konflik horizontal sesama kristiani karena ada salah seorang kerabat yang dilecehkan. Ketika permasalahan ini didiskusikan oleh kelompok muslim, muslim sebenarnya ingin mengambil jalan tengah tidak terlibat langsung dengan konflik tersebut. Namun, muslim sadar bahwa mereka sudah diikat dalam tali persaudaraan yang disebut pela gandong sehingga mengharuskan mereka ikut berperang melawan kriatiani daerah lain.

Semangat pela gandong itulah yang dikemudian hari menjadi symbol silatuhim yang tidak pernah terputus hingga akhir waktu. Jika kita cermati tentang kehidupan beragama kita akhir-akhir ini, apakah semangat pela gandong itu masih tumbuh sumbur dalam hati yang paling dalam atau bahkan sudah lebur dalam jerat pragmatism. Kasus Ahmadiyah misalnya, bagaimana seharusnya memposisikan diri ketika dualism syahadat dipertaruhkan. Apakah Ahmadiyah ini merupakan aliran atau agama.? Bagaimana sebaiknya orang awam menyikapi permasalahan ini? Disatu sisi mengajarkan amar ma’ruf nahi munkar namun disisi lain dualism syahadat meruntuhkan nilai-nilai transenden. Pemerintah tidak bias hanya diam dengan kekuatan SKB tiga menteri digunakan sebagai pondasi dalam menjalankan kerukunan umat beragama. Harus ada tindakan konkrit bagaimana permasalahan ini tidak berlarut-larut. Menarik disimak pernyataan Hasyim Muzadi mantan ketua umum PBNU tentang Ahmadiyah, beliau berujar bahwa jika Ahmadiyah mau diakomodir dalam kerangkan umat beragama di Indonesia harus menjadi agama seperti Konghucu yang akhirnya disahkan sebagai agama resmi di Indonesia.

Saya berfikir untuk lebih moderat menyelami ranah-ranah asing dalam dunia profesi sebagai seorang dokter. Coba direnungi aksi anarkisme yang cenderung vandal justru menyebabkan perpecahan umat Islam itu sendiri. Namun mengapa tidak memerangi agama-agama yang notabene sudah jelas anti ketauhidannya. Jika memang ingin jihad, cobalah jihad pada agama-agama tersebut yang ada di Indonesia. Jangan hanya parsial saja sehingga kesannya setengah isi setengah kosong. Wallahualam.. Semoga permasalahan ini segera terselesaikan dengan solusi yang jitu pada Negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai multikulturalisme dan pluralism seperti Indonesia. Semoga Alloh meridhoi kita semua..

Hamengkubuwono IX


Oleh : dr. Sani Rachman Soleman
Mungkin bangsa ini lupa bahwa Indonesia pernah memiliki pemimpin yang memiliki integritas tinggi. Sosok yang terlupakan itu adalah Hamengkubuwono IX. Mencoba untuk menyelami integritas beliau dalam membangun NKRI patut diberikan apresiasi sendiri. HB IX yang dilahirkan dalam darah biru keratin kasultanan Ngayogyokarto Hadiningrat ini merupakan Raja Jawa yang disegani oleh kawan maupun lawan. Darah biru yang mengalir dalam tubuhnya mengokohkan pondasi keIndonesiaan yang jauh lebih besar dibanding ambisi local menjadi penguasa.


HB IX yang dilahirkan dengan naman kecil Dorojatun, sejak kecil oleh HB VIII dititipkan oleh keluarga belanda, oleh keluarga belanda tersebut ia diberi naman Henky. Menurut beliau naman itu diberikan karena terinspirasi oleh pangeran Belanda saat itu, Hendrik. Sejak kecil hingga dewasa, dididik dan dibesarkan dalam lingkungan belanda namun setelah dewasa nilai-nilai kejawen tidak pudar dalam sosoknya yang tegar. Bahkan ketika menggantikan tahta ayahnya HB VIII, ia masih menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut dihadapan Belanda khususnya yang ketika itu dipimpin oleh Gubernur Adam.

Nilai-nilai yang perlu digali oleh seorang HB IX adalah pemikiran beliau tentang Indonesia yang sejahtera dan lebih baik. Ketika Belanda memiliki niat buruk untuk memecah kembali kesultanan Jogja dengan membenturkan kepentingan individu dalam keratin HB IX justru mengumpulkan seluruh kerabat keraton dan menawarkan jabatan Sultan HB IX kepada siapapun kerabat yang menginginkan jabatan tersebut. Namun tidak ada satupun kertabat keraton yang menginginkannya. Artinya, sebelum Gubernur Adam menggoyang kerajaan, HB IX justru terlebih dahulu membuat solid internal keraton agar tidak mudah di goyang oleh Belanda.

Tindakan yang paling fenomenal adalah ketika Maklumat HB IX untuk bergabung dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), hal ini membuat HB IX menyerahkan kekuasaan wilayahnya yang sangat luas kepada NKRI. Beliau hanya berfikir tentang keutuhan dan kesatuan bangsa yang jauh lebih besar dibanding kepentingan local yang mudah dipecah belah oleh asing. Padahal sebagaimana kita ketahui luas daerah kekuasaan beliau seluruh DIY bahkan sebagian kecil Jawa Tengah. Jika melihat sepintas bahwa beliau cukup berkuasa atas tanah dan segala hasil bumi yang terkandung didalamnuya. Namun menagapa diserahkan seluruhnya kepada Indonesia tanpa kompensasi apapun. Ketika Batavia sebagai ibukota tidak cukup representative menjadi ibukota, Sultan HB IX justru menawarkan Jogjakarta sebagai ibukota sampai Batavia cukup aman dan terkendali. Dan beliaupun sadar dengan segala konsekuensinya ketika sikap tersebut diambil. Bahkan kemungkinan terburuknya Jogja akan hancur lebur remuk redam beliau sudah siap. Bukan hanya itu saja beliau mewakafkan sebagian harta kerajaan untuk gaji pegawai ketika itu secara cuma-cuma tanpa meminta pamrih atas usaha yang beliau lakukan. Beliau pun mewakafkan tanah kerjaan untuk pembangunan UGM. Sebuah jiwa patriotism tinggi yang patut ditiru oleh generasi penerus bangsa Indonesia.

Beliau ngarso ndalem HB IX merupakan birokrat yang paling lama berkecimpung dalam politik Indonesia. Pernah menjadi menteri pertahanan dan sejumlah jabatan penting di Kabinet yang ketika itu dipimpin oleh Soekarno. Hingga jabatan tertinggi yang diemban beliau adalah Wakil Presiden tahun 1973-1978. Beliau juga tidak pernah silau dengan jabatan tersebut, buktinya sesuai dengan ucapan beliau bahwa akan menjadi Wakil Presiden cukup sekali saja terpenuhi. Beliau sebagai seorang raja masih berpegang teguh pada Sabdo Pandito Ratu, sekali bicara pantang menarik kembali. Beliau bukan tipe pemimpin yang haus kekuasaan, namun beliau tipe pemimpin yang mengayomi seluruh rakyat Indonesia. Bahkan ketika setelah menjadi wakil presiden beliau masih bermanfaat dengan ditunjuk menjadi ketua PSSI dan Gerakan Pramuka. Sebuah prestasi yang pantas tertulis dalam tinta emas perjalanan Bangsa Indonesia hingga detik ini, bahkan pantas bagi beliau di beri anugrah Pahlawan Nasional. Ketulusan perjuangan dan keikhlasan berkorban yang akhirnya mengantarkan beliau syahid di jalan Alloh dan dimakamkan di pemakaman raja jawa di Imogiri, Bantul. Terima kasih Pak Sultan, telah mengajarkan semangat patriotism pada anak bangsa ini..


SBY Perlu JK


Oleh : dr. Sani Rachman Soleman
Permasalahan yang muncul di Indonesia akhir-akhir ini menimbulkan gejolak politik yang cukup berat dihadapai oleh Presiden. Sebut saja, mulai dari kasus bank Century, kasus mafia pajak, kasus kebocoran tabung gas, bahkan kasus vandalisme berkedok keagamaan. Pemerintah tidak pernah tegas terhadap permasalahan tersebut, bahkan jawaban-jawaban normative yang muncul mengindikasikan bahwa pemerintah tidak memiliki solusi yang konkrit terhadap permasalahan tersebut.JK

Kita merindukan sosok pemimpin yang tegas dan bergerak cepat dalam merespon kebutuhan rakyat. Kepemimpinan kharismatik bukan artistic dalam sikap dan sifat akan tetapi kepemimpinan yang menjadi jembatan stabilitas politik di Indonesia. Sosok yang berani mengambil sikap melawan arus di saat yang lain terlelap dan terlena dengan fana. Mungkin sosok itulah yang mampu memberikan inspirasi dan pencerahan ketika terjadi kebuntuan politik di era politik transaksional non transformative.

Tidak lain dan tidak bukan sosok itu adalah mantan Wakil Presiden RI, Muhammad Jusuf Kalla. Era Kabinet Indonesia Bersatu jilid pertama, JK dikenal berani membuat terobosan-terobosan disaat pucuk pimpinan nasional “ngerong” dalam membuat kebijakan. Pada awal-awal pemerintahan ketika itu, JK dengan cepat dan lugas segera membentuk Bakornas penaggulangan Tsunami Aceh dan Gempa DIY. Ketika semua orang berfikir tentang pengadaan minyak tanah, JK berfikir bagaimana konversi minyak tanah ke gas. Belum lagi ide-ide progresif tentang perundingan damai antara RI dengan GAM yang dilaksanakan di Helsinki dengan perantara mantan perdana menteri Islandia. Sampai masalah pengadaan KUR bagi rakyat tidak mampu. Semua itu merupakan terobosan dinamis yang dibuat oleh JK.

Kini, pasca pilpres 2009 duet kepemimpinan nasionak pasca reformasi ini harus pecah kongsi karena perbedaan arah politik. Sementara itu disatu sisi, keberadaan Boediono sebagai Wakil Presiden tidak mampu segesit dan selincah JK. Pak Boed, sepertinya hanya menjadi ban serep belaka berbeda dengan JK yang tidak ingin menjadi cadangan pidato jika Presiden berhalangan hadir. Coba bayangkan, sudah hamper dua tahun kepemimpinan SBY Boediono memimpin Indonesia namun tidak ada perubahan yang bermakna yang dapat dirasakan oleh seluruh lapisan rakyat Indonesia. Bahkan, penjajahan intelektual masih berkembang subur hingga detik ini. Seolah dictum Bung Karno yang mengatakan bahwa, Indonesia harus mandiri dalam ekonomi, berkedaulatan dalam politik dan berkepribadian dalam budaya hanya retorika belaka.

Jika melihat berita di statsiun televise beberapa hari yang lalu, SBY memanggil JK ke Istana dengan dalih silaturahmi. Tidak mengerti apa sebenarnya bungkus yang terkandung dalam pertemuan tersebut. Jika saya sebagai orang awam melihat bahwa, panggilan itu adalah sebagai sharing permasalahan bangsa yang tidak kunjung usai. Lantas, kemanakah Pak Boed? Sebagai seorang wakil presiden seharusnya mampu memberikan masukan kepada presiden tentang permasalahan tersebut, namun mangapa SBY justru memanggil JK? Dari sinipun sudah dapat diketahui bahwa SBY memang masih memerlukan sosok JK. Walaupun pasca lengser dari Wakil presiden dan memegang amanah ketua umum PMI, gebrakan JK justru sangat terasa sampai ke daerah. JK punya impian untuk membuat pabrik donor darah dengan bekerja sama Jepang dan bahkan yang sudah jelas, JK membeli mobil amphibi yang ketika erupsi merapi beberapa hari yang lalu diturunkan ke lapangan.

Melihat permasalahan tersebut timbul pertanyaan dalam sanubari, dosa siapakah ini? Dosa kita sebagai rakyat Indonesia? Atau dosa pemimpin-pemimpin kita yang tidak mampu membawa rakyat menjadi lebih sejahtera. Pertanyaan yang tidak perlu dijawab karena jawaban itu akan meninggalkan sesak yang mendalam. Goreskanlah jawaban itu dalam hati untuk merenungi dan meresapi apa yang telah terjadi..